Tak berapa lama usai Putin memulai perangnya pada 24 Februari, beberapa pejabat militer AS meyakini, ia bisa merebut Kiev dengan cepat, mungkin dalam hitungan hari, dan memecah kekuatan militer Ukraina dalam hitungan minggu.
Putin juga disebut mengharapkan kemenangan kilat, mengingat pada hari-hari awal perang, ia tidak mengerahkan seluruh pasukannya yang diperkirakan berjumlah lebih dari 150.000 personel. Ia juga tidak menurunkan pertahanan udara secara tegas. Putin hanya menggunakan perang elektronik dan serangan siber terbatas.
Putin menggunakan taktik pengepungan terhadap kota-kota utama Ukraina, pengeboman dari jauh. Sementara, pasukan daratnya sebagian besar stagnan.
Pergerakan Putin tampaknya didasari pada harapan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan menyerah ketimbang membiarkan pembunuhan dan penghancuran berlanjut.
“Rencana ini tampaknya tidak akan berhasil. Membunuhi warga sipil tak berdosa dan menghancurkan rumah mereka dan komunitas malah justru akan memperkuat perlawanan dan tekad Ukraina,” kata Stephen Biddle, seorang profesor Hubungan Internasional di Universitas Columbia.
Baca Juga: Zelensky Beri Pesan Menohok, Sebut Pemimpin Barat Terlambat Beri Sanksi ke Rusia
Ukraina juga disebut mungkin tidak akan memenangkan perang secara langsung. Tetapi, hasilnya akan ditentukan oleh apa yang bersedia diterima Zelensky dalam negosiasi penyelesaian.
“Saya pikir sangat tidak mungkin Rusia akan dikalahkan secara rinci di medan perang,” kata Philip Breedlove, seorang pensiunan jenderal AU AS yang kini menjadi seorang spesialis Eropa di Middle East Institute.
Menurut Breedlove, ini lantaran Rusia punya sumber daya pasukan yang bisa digerakkan sewaktu-waktu.
Namun, Ukraina disebut juga bisa menang dengan memaksa Rusia membayar harga yang tinggi sehingga bersedia bersepakat dan mundur.
“Menurut saya, kemungkinan itu ada,” ujar Breedlove.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.