BRUSSELS, KOMPAS.TV - Gagasan Presiden Vladimir Putin agar negara-negara "tidak ramah" membayar ekspor gas alam Rusia hanya dalam mata uang Rubel Rusia, mendapat tanggapan berupa perlakuan tidak ramah dari negara-negara Uni Eropa hari Kamis, (25/3/2022) seperti dilaporkan Associated Press, Jumat, (26/3/2022)
“Saya rasa tidak ada orang di Eropa yang benar-benar tahu seperti apa rupa rubel,” kata PM Slovenia Janez Jansa. "Tidak ada yang akan membayar dalam rubel."
Jika orang lain mengatakannya dengan lebih gamblang, hasilnya sama, dari Kanselir Jerman Olaf Scholz hingga PM Italia Mario Draghi, yang pernah jadi kepala Bank Sentral Eropa, karena mereka tahu sesuatu tentang mata uang.
Awal pekan ini, Putin meluncurkan gagasan, karena sanksi Barat yang menargetkan Kremlin ditambah dengan pembekuan aset Rusia, mereka "secara efektif menarik garis atas keandalan mata uang mereka, merusak kepercayaan untuk mata uang tersebut."
Jadi, alih-alih euro dan dolar, Putin menginginkan rubel Rusia untuk gas Rusia.
Para ekonom mengatakan langkah itu tampaknya dirancang untuk mencoba mendukung mata uang Rubel Rusia, yang runtuh nilainya terhadap mata uang lain sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari dan negara-negara Barat menanggapi dengan sanksi yang luas terhadap Moskow.
Membuat tuntutan seperti itu, pada dasarnya akan mengubah kontrak dan membuat mereka batal demi hukum, beberapa pemimpin Eropa mengatakan pada hari pertama KTT Uni Eropa.
Baca Juga: Putin Wajibkan Ekspor Gas Rusia dengan Mata Uang Rubel, Harga Gas Eropa Langsung Melonjak 21 Persen
“Apa yang kita pelajari sejauh ini bermuara pada fakta bahwa ada kontrak tetap (fixed contract) di mana-mana, di mana mata uang pembayaran juga merupakan bagian dari kontrak,” kata Scholz,”
Draghi mengatakan jika Putin mewujudkan rencana tersebut, “kami menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap kontrak yang ada.”
Dan mengingat harga gas yang meroket, Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo bahkan melihat kemungkinan peluang dalam proposal tersebut, meskipun bukan jenis yang diinginkan Moskow.
“Bagaimanapun, jika satu elemen kontrak diubah, maka kita dapat membicarakan berbagai masalah, termasuk harga,” kata De Croo.
Ancaman Rusia sangat kuat karena Uni Eropamengimpor 90 persen gas alam yang digunakan untuk menghasilkan listrik, memanaskan rumah, dan memasok industri, dengan Rusia memasok hampir 40% gas blok tersebut.
Dengan rubel yang bermasalah karena sanksi ekonomi yang ketat, Putin akan menggunakan peningkatan keuangan apa pun yang bisa dia temukan.
Dia menginstruksikan Bank Sentral Rusia menyusun prosedur bagi pembeli gas alam untuk memperoleh rubel di Rusia. Tetapi beberapa analis menyatakan keraguan bahwa itu akan berhasil.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.