JAKARTA, KOMPAS.TV- Sebanyak 78 pesawat milik Rusia disita oleh sejumlah pihak di luar negeri. Puluhan pesawat itu disebut tidak akan bisa dikembalikan ke Rusia, karena penyitaan adalah bagian dari sanksi Barat terhadap Rusia.
Selain penyitaaan pesawat Rusia, dunia internasional juga memutus kontrak penyewaan pesawat dengan maskapai Rusia, menghentikan pasokan suku cadang dan layanan servis pesawat ke Rusia.
Mengutip dari Antara, Rabu (23/3/2022), Rusia kini dikabarkan tengah belajar dari Iran, terkait cara melakukan perawatan dan servis pesawat di tengah sanksi internasional.
Baca Juga: Uni Eropa Ragu Embargo Minyak Rusia, Harga Minyak Turun Lagi
Saat sanksi dijatuhkan, ada 1.367 pesawat yang berada di Rusia. Sebagian besar bukan merupakan milik Rusia, tapi merupakan pesawat yang disewa maskapai negara itu dari sejumlah pihak.
Mayoritas dari pesawat sewaan itu adalah milik Airbus dan Boeing, yang terdaftar di Bermuda dan Irlandia. Karena Rusia dianggap tidak bisa melakukan servis dan perawatan, pesawat-pesawat itu dinilai tak layak terbang. Otoritas terkait di Irlandia dan Bermuda pun mencabut sertifikat layak terbang ratusan lewat itu.
Rusia kemudian mengeluarkan undang-undang, yang mempersulit pemilik pesawat mengambil asetnya dari Negeri Beruang Merah.
UU tersebut juga memungkinkan maskapai Rusia menggunakan ratusan pesawat itu, untuk kebutuhan penerbangan domestik mereka.
Baca Juga: Eropa dan AS Siapkan Sanksi Baru, Rusia Akan Setara Korut dan Iran
Sebagai upaya bertahan di tengah sanksi, maskapai Rusia diduga membeli pasokan suku cadang yang tidak bersertifikat dari China atau 'mengkanibal' atau menggunakan suku cadang dari pesawat lainnya yang ada.
Menurut konsultan penerbangan Ishka, total ratusan pesawat sewaan yang kini masih berada di Rusia sebesar 10 miliar dollar AS (Rp143 triliun) 'terdampar' di Rusia.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.