LONDON, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dituduh sebagai ancaman keamanan nasional karena berpesta dengan sosok yang disebut orang dekat Presiden Rusia Vladimir Putin pada malam sebelum serangan ke Ukraina dilancarkan.
Johnson dilaporkan menghadiri pesta Partai Konservatif dengan salah satu donor partai yang diketahui memiliki hubungan dengan Rusia pada Rabu malam, 23 Februari 2022.
Adapun serangan militer Rusia ke Ukraina sendiri terjadi pada Kamis, 24 Februari 2022.
Baca Juga: Ribuan Warga Mariupol Ukraina Dipindah Paksa ke Rusia, Disebut Sama dengan Nazi di Perang Dunia II
Seperti dilaporkan The Sunday Times dikutip dari Sky News, penyumbang asal Rusia di pesta tersebut adalah Lubov Chernukhin.
Ia adalah istri dari mantan wakil Menteri Keuangan Rusia Vladimir Chernukhin.
Chernukhin dipercaya telah menyumbangkan sekitar 2 juta poundsterling atau setara Rp37 miliar kepada Partai Konservatif Inggris sejak 2012 lalu.
Berdasarkan surat kabar tersebut, pesta itu dimulai pada pukul 8 malam di Gedung Aristokat dari abad ke-18, Spencer House.
Dua kolega senior Johnson di kabinet, Menteri Pertahanan Ben Wallace, dan Menteri Perumahan Michael Gove juga hadir di pesta tersebut.
Ketua partai oposisi, Partai Buruh, Anneliese Dodds pun merespons laporan The Sunday Times tersebut.
“Boris Johnson adalah ancaman bagi keamanan nasional. Di awal perang, Perdana Menteri seharusnya fokus pada keamanan nasional, bukannya mencari uang dari istri mantan menteri keuangan Putin,” tuding Dodds.
“Partai Boris Johnson telah menerima lebih dari 6,5 juta poundsterling dari penyumbang yang berhubungan dengan rezim pembunuhan Putin. Ia seharusnya membersihkan politik kami, bukan merayu orang-orang ini untuk mendapat lebih banyak uang,” tambahnya.
Kantor Perdana Menteri Inggris pun bersuara terkait pemberitaan tersebut.
Baca Juga: Terjebak Invasi Rusia, Puluhan Bayi Hasil Sewa Rahim di Ukraina Belum Bisa Dijemput Orang Tua Asing
“Perdana Menteri secara singkat menghadiri acara ini, yang merupakan pertemuan yang sudah berlangsung lama,” tuturnya.
“Penggalangan dana adalah bagian sah dari proses demokrasi kami, dan bukan hal yang aneh bagi Perdana Menteri, atau pemimpin politik mana pun untuk menghadiri acara semacam itu,” tambahnya.
Menurut sumber, PM Johnson menghadiri pesta tersebut selama 20 menit, dan belum tahu mengenai penyerangan Rusia ke Ukraina saat itu.
Ia disebut baru diberitahu tentang penyerangan tersebut pada 24 Februari, pukul 4 pagi.
Sumber : Sky News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.