WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat telah melarang terbang nyaris 100 pesawat yang memiliki hubungan dengan Rusia.
Salah satu pesawat tersebut adalah milik miliuner Rusia yang juga pemilik Chelsea, Roman Abramovich.
Departemen Perdagangan AS mengatakan, pesawat-pesawat tersebut bertentangan dengan sanksi AS terhadap Rusia.
Mereka mengungkapkan, menyediakan layanan untuk pesawat-pesawat ini di mana saja di dunia, termasuk di dalam Rusia, dapat menyebabkan denda berat dan kemungkinan hukuman penjara.
Baca Juga: Inilah Permintaan Bantuan Presiden Ukraina Zelensky kepada Barat yang Sudah dan Belum Diterima
Daftar tersebut termasuk pesawat yang dioperasikan oleh maskapai Rusia, termasuk Aeroflot.
Kebanyakan dari pesawat-pesawat itu adalah Boeing. Sementara pesawat milik Abramovich adalah jet pribadi Gulfstream.
Abramovich sendiri merupakan satu dari tujuh oligarki yang dijatuhi sanksi oleh pemerintah Inggris pada awal bulan ini sebagai respons atas penyerangan Rusia ke Ukraina.
Abramovich telah membantah tuduhan memiliki hubungan kuat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dalam pernyataannya seperti dikutip dari BBC, Departemen Perdagangan AS menegaskan, setiap pengisian bahan bakar, perawatan dan perbaikan atas pesawat-pesawat itu, termasuk menyiapkan suku cadang, dianggap melanggar kontrol ekspor AS.
Baca Juga: Gedung Putih Remehkan Ancaman Sergey Lavrov Soal Rusia akan Hancurkan Kiriman Senjata bagi Ukraina
Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan, langkah ini menjadi tanggapan atas perang brutal yang dipilih Rusia terhadap Ukraina.
“Kami mempublikasikan daftar (pesawat) ini untuk membuat dunia menyadari, kami tak akan membiarkan perusahaan Rusia dan Belarusia, serta oligarki untuk melakukan perjalanan dengan impunitas pelanggaran hukum kami,” tutur Raimondo dikutip dari BBC.
Departemen Perdagangan AS menegaskan, pelanggar akan menghadapi masa penjara yang lama, denda, kehilangan hak ekspor atau pembatasan lainnya.
Peraturan itu berlaku untuk setiap pesawat yang memiliki lebih dari 25 persen bahan baku asal AS yang diekspor kembali ke Rusia, setelah kontrol yang baru berlaku pada 24 Februari, hari ketika Rusia menyerang Ukraina.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.