BERLIN, KOMPAS.TV — Pejabat tinggi keamanan Jerman pada Selasa (15/3/2022) mengumumkan rencana yang berisi sepuluh poin untuk memerangi ekstremisme sayap kanan di negara itu, termasuk melucuti senjata sekitar 1.500 tersangka ekstremis dan memperketat pemeriksaan latar belakang bagi mereka yang akan membeli senjata api.
Seperti dilaporkan Associated Press, Selasa, Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser mengatakan, paham sayap kanan adalah ancaman ekstremis terbesar bagi demokrasi di Jerman dan mengatakan pihak berwenang akan mengatasi masalah ini melalui pencegahan dan tindakan keras.
“Kami ingin menghancurkan jaringan ekstremis sayap kanan,” kata Faeser kepada wartawan di Berlin.
Ia mengatakan ini termasuk menargetkan aliran keuangan yang menguntungkan kelompok-kelompok tersebut, termasuk bisnis merchandising, festival musik, dan acara seni bela diri.
Faeser mengatakan, pemerintah Jerman juga akan membasmi kaum ekstremis yang bekerja di lembaga pemerintah, termasuk pasukan keamanan.
Laporan tentang keberadaan ekstremis sayap kanan di kepolisian dan militer Jerman memunculkan kekhawatiran khusus, karena mereka bisa mendapatkan dan memanfaatkan informasi istimewa untuk menargetkan musuh politik.
Baca Juga: Jerman Beli Jet Siluman F-35A Lightning II dari AS, Dipicu Invasi Rusia ke Ukraina
Pihak berwenang Jerman akan bekerja menghapus lisensi senjata dari tersangka ekstremis, melancarkan tindakan keras terhadap hasutan yang menyebar secara online melalui jejaring sosial, dan memerangi teori konspirasi online.
Thomas Haldenwang, kepala dinas intelijen domestik BfV Jerman mengatakan, agensinya berencana merilis laporan dalam beberapa bulan mendatang tentang kaum ekstremis yang bekerja untuk pihak berwenang.
Badan tersebut juga memantau partai politik Alternatif untuk Jerman setelah pengadilan memutuskan pekan lalu, mereka dapat menetapkan partai tersebut sebagai tersangka kasus ekstremisme, kata Haldenwang.
Haldenwang mengatakan, pihak berwenang mencatat sejumlah kecil ekstremis sayap kanan yang melakukan perjalanan ke Ukraina sebagai pejuang asing.
Tetapi sebagian besar obrolan online orang-orang yang mengatakan mereka akan ke Ukraina mengucapkan hal tersebut hanya membual agar kelihatan keren.
Sumber : Kompas TV/ Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.