WASHINGTON, KOMPAS.TV- Pemerintah Amerika Serikat menyatakan, Rusia akan mengalami kesulitan ekonomi yang besar akibat invasinya ke Ukraina. Salah satunya, kondisi Rusia yang berada dalam status gagal bayar (default) akan menyulitkan negara itu mencari dana pinjaman.
"Gagal bayar (default) utang negara Rusia akan menambah kesulitan ekonomi dan sistem keuangan Rusia, mempersulit Moskow untuk menemukan sumber pinjaman baru dan meningkatkan biaya pinjaman di masa depan," kata seorang pejabat Departemen Keuangan AS seperti dikutip dari Antara, Selasa (15/3/2022).
Pejabat itu menyampaikan, jika Rusia gagal membayar obligasinya, AS juga akan terdampak. Pejabat itu menyebutnya sebagai dampak langsung terbatas dalam sistem keuangan AS.
"Sebuah default akan membuat semakin sulit bagi Rusia untuk menemukan pemberi pinjaman baru, dan mereka yang meminjamkan kepada mereka akan menuntut suku bunga yang lebih tinggi, yang mengarah ke menguras lebih lanjut ekonomi Rusia," tutur pejabat tersebut.
Baca Juga: Miliarder Rusia Khawatir Krisis Pangan Dunia Terjadi jika Perang dengan Ukraina Berlanjut
Pada Rabu (16/3) besok, Rusia memiliki utang yang jatuh tempo dan harus dibayar sebesar 117 juta dollar AS. Utang tersebut dalam bentuk obligasi euro atau Euro Bond dalam denominasi dolar.
Kementerian Keuangan Rusia sudah menyatakan, pihaknya akan membayar dalam Rubel jika sanksi Barat membuat mereka tak bisa membayar dalam dollar AS. Namun pasar melihatnya sebagai indikasi gagal bayar.
Aset valuta asing (valas) milik Rusia yang berada di bank sentralnya, sudah dilumpuhkan sederet sanksi Barat. Sanksi-sanksi itu juga melarang bank internasional melakukan transaksi dollar dan euro dengan lembaga keuangan Rusia yang dikenai sanksi, termasuk bank sentral.
Baca Juga: Hentikan Bisnis di Rusia, Mercedes-Benz Khawatir Asetnya Diambil Putin
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan AS Wally Adeyemo mengatakan, karena tak bisa membayar utang dalam valas, Rusia akan membayar dalam rubel yang akan menguras keuangan negara dan Presiden Vladimir Putin untuk melanjutkan perang di Ukraina.
"Pilihan itu pada akhirnya akan menempatkan (Putin) pada posisi di mana dia harus membuat keputusan apakah dia akan melanjutkan invasi atau menghentikan invasi itu," ujar Adeyemo.
Baca Juga: S&P Pangkas Peringkat Utang Rusia Jadi Masuk ke Golongan Sampah
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.