TEHERAN, KOMPAS.TV - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengecam keras apa yang disebutnya standar ganda negara-negara Barat terhadap pelanggaran hak asasi manusia (HAM).
Raisi membuat pernyataan tersebut, Senin (14/3/2022), menanggapi eksekusi massal terhadap 81 narapidana di Arab Saudi pada Sabtu (12/3/2022) lalu.
“Kami mengecam penerapan standar ganda (terhadap pelanggaran HAM) oleh negara-negara Barat dan penggunaan instrumental konsep HAM, begitu juga bungkamnya dan diamnya negara-negara yang mengeklaim sebagai pembela hak-hak ini,” ujar Raisi seperti dikutip dari stasiun televisi pemerintah, Press TV.
Ia menambahkan, pendekatan standar ganda terhadap pelanggaran HAM “memperlihatkan kemunafikan negara-negara ini (Barat) yang mengeksploitasi konsep HAM untuk tujuan-tujuan politik mereka sendiri dan melawan pemerintahan-pemerintahan yang independen.”
Baca Juga: Arab Saudi Eksekusi Mati 81 Terpidana dalam Sehari, Terhukum Disebut Mengikuti Jejak Setan
Pada Sabtu (12/3/2022) lalu, Arab Saudi mengumumkan telah mengeksekusi mati 81 narapidana dalam satu hari.
Media pemerintah Arab Saudi, Saudi Press Agency (SPA) melaporkan, sebagian terpidana yang dieksekusi pada Sabtu merupakan anggota Al Qaidah, ISIS, dan pemberontak Houthi Yaman.
Koalisi pimpinan Arab Saudi telah memerangi kelompok Houthi yang didukung Iran, di Yaman hampir tujuh tahun belakangan.
“Terpidana diberikan hak dihadiri pengacara dan dijamin hak-haknya secara penuh sesuai hukum Saudi selama proses hukum, yang mana memutuskan mereka bersalah melakukan berbagai kejahatan mengerikan yang menyebabkan banyak warga sipil dan penegak hukum tewas,” tulis laporan SPA dikutip Associated Press.
Baca Juga: Iran Tunda Perundingan Damai Rahasia dengan Arab Saudi Menyusul Eksekusi Mati 81 Narapidana
“Pihak Kerajaan (Arab Saudi) akan terus bersikap tegas dan ketat terhadap terorisme dan ideologi ekstremis yang mengancam stabilitas seluruh dunia,” lanjut laporan tersebut.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Arab Saudi, Senin, mengumumkan bahwa Angkatan Udara Kerajaan Saudi (RSAF) dan Angkatan Udara Amerika Serikat telah memulai latihan bersama pada Rabu pekan lalu.
Latihan bersama antara Arab Saudi dan AS itu dimulai hanya tiga hari sebelum Arab Saudi mengumumkan telah mengeksekusi mati 81 narapidana pada Sabtu.
Latihan itu diluncurkan di Pangkalan Udara Raja Faisal di Sektor Bagian Utara.
Seperti dilansir Saudi Gazette, RSAF berpartisipasi dengan pesawat F-15 C/SA, sedangkan Angkatan Udara AS menerbangkan jet tempur F-16 dan F-18.
“Latihan ini bertujuan meningkatkan dan mengembangkan keterampilan udara dan teknis para awak udara,” kata Kementerian Pertahanan Arab Saudi.
Latihan bersama itu disebut sebagai bagian dari rangkaian latihan campuran antara kedua negara guna mempertahankan keamanan di kawasan.
Baca Juga: Garda Revolusi Iran Klaim Serangan Rudal ke Arbil, Sebut Targetkan ‘Pusat Strategi’ Israel di Irak
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.