PHNOM PENH, KOMPAS.TV - Konferensi Tingkat Tinggi KTT kepala negara anggota ASEAN dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden akan dijadwal ulang.
Hal ini dikatakan Juru bicara Kementerian Luar Negeri Kamboja Chum Sounry dalam sebuah pernyataan tertulis hari Kamis, (10/3/2022), seperti dilaporkan Associated Press.
Rencana pertemuan yang sedianya dihelat tanggal 28 - 29 Maret di Washington DC dibatalkan karena agenda yang dimiliki masing para anggota KTT.
Kamboja saat ini menjalani giliran menjadi ketua ASEAN.
Sementara Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah mengatakan, tanggal KTT Khusus ASEAN - Amerika Serikat yang sebelumnya diusulkan Amerika Serikat tidak memungkinkan seluruh kepala pemerintahan bisa menghadirinya.
Faizasyah mengatakan Indonesia sebagai koordinator ASEAN dengan Amerika Serikat masih mencari tanggal yang cocok untuk semua pihak.
Gedung Putih bulan lalu mengumumkan KTT 28-29 Maret sebagai kesempatan untuk menunjukkan komitmen Amerika Serikat terhadap blok tersebut, serta sebagai kesempatan untuk menandai 45 tahun hubungan Amerika Serikat - ASEAN.
Belum ada pernyataan langsung dari Washington terkait pengumuman penundaan tersebut.
Baca Juga: Utusan Khusus ASEAN Melawat ke Myanmar Akhir Bulan Ini, Upayakan Penyelesaian 5 Poin ASEAN
Ke-10 anggota ASEAN adalah Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
ASEAN baru-baru ini mengalami sedikit gejolak saat Myanmar mengalami kudeta militer. Menyusul peristiwa tersebut, ASEAN memutuskan untuk tidak melibatkan dan mengundang pemimpin junta militer ke dalam setiap pertemuan tingkat tinggi ASEAN, hingga junta militer Myanmar kooperatif dan bekerja sama menyelesaikan 5 poin konsensus ASEAN atas konflik di Myanmar.
ASEAN berusaha menerapkan rencana lima poin untuk Myanmar yang dicapai tahun lalu dengan menekankan dialog, bantuan kemanusiaan, dan diakhirinya kekerasan. Namun Junta Militer Myanmar menunda-nunda implementasi rencana itu bahkan ketika Myanmar tergelincir ke dalam situasi yang oleh beberapa pakar PBB digambarkan sebagai perang saudara.
Kurangnya kerja sama Myanmar membuat ASEAN tahun lalu melarang pemimpinnya, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, menghadiri pertemuan puncak tahunannya, sebuah langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
ASEAN kemudian menerapkan kebijakan serupa untuk pertemuan berikutnya, meminta Myanmar untuk mengirim hanya perwakilan non-politik.
Kebuntuan atas Myanmar hampir belum pernah terjadi sebelumnya untuk kelompok itu, yang anggotanya secara tradisional menghindari saling kritik secara terbuka satu sama lain, dan mengambil keputusan dengan konsensus.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.