NEW YORK, KOMPAS.TV - Harga minyak melonjak ke level tertinggi sejak 2008 pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa pagi WIB). Penyebabnya, Amerika Serikat dan Eropa membahas larangan impor minyak Rusia.
Di sisi lain, minyak Iran belum akan kembali dalam waktu cepat ke pasar global.
Mengutip dari Antara, Selasa (8/3/2022), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei naik 5,10 dollar AS atau 4,3 persen. Harga Brent menjadi 123,21 dlar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Lalu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April, naik 3,72 dollar AS atau 3,2 persen. Harga WTI menjadi 119,40 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Baca Juga: Vladimir Putin Didepak dari Federasi Judo Internasional
Angka tersebut merupakan harga penutupan tertinggi sejak September 2008.
"Gambaran yang lebih besar adalah bahwa gangguan pasokan semakin parah. Tidak ada yang ingin menyentuh apa pun yang berhubungan dengan Rusia," kata Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow.
Sebelum Rusia menginvasi Ukraina, harga minya sudah melambung. Namun kini Krisis Rusia-Ukraina semakin membuat harga minyak meroket. Harga minyak global telah melonjak sekitar 60 persen sejak awal 2022.
Hal itu menimbulkan kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan ekonomi global.
Baca Juga: Perundingan Ketiga Rusia dan Ukraina Catat Kemajuan untuk Evakuasi Warga, Politik dan Militer Belum
Pada Minggu (6/3/2022), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Amerika Serikat dan sekutu Eropa sedang menjajaki pelarangan impor minyak Rusia. Gedung Putih pada Senin (7/3/2022) mengatakan Presiden Joe Biden belum membuat keputusan tentang larangan impor minyak Rusia.
Jika larangan impor minyak Rusia jadi berlaku, harga minyak bisa naik gila-gilaan.
"Kami mempertimbangkan 125 dollar AS per barel, perkiraan jangka pendek kami untuk minyak mentah Brent. Harga bisa naik lebih tinggi jika gangguan memburuk atau larangan berlanjut untuk periode yang lebih lama," ujar analis komoditas UBS Giovanni Staunovo.
Baca Juga: PBB Catat 406 Warga Sipil Ukraina Tewas, AS Tuding Rusia Tembakkan 625 Rudal Sejak Penyerbuan
Sementara analis di Bank of America mengatakan, jika sebagian besar ekspor minyak Rusia dihentikan, akan ada kekurangan pasokan 5 juta barel per hari atau lebih besar dari itu. Pada akhirnya bisa mendorong harga minyak mencapai 200 dollar AS per barel.
Rusia adalah pengekspor minyak mentah dan produk minyak terbesar di dunia, dengan ekspor sekitar 7 juta barel per hari, atau 7 persen dari pasokan global.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.