LONDON, KOMPAS.TV — Inggris hari Kamis, (24/2/2022) waktu London resmi mencabut seluruh peraturan pembatasan Covid-19, termasuk aturan hukum bagi orang yang dites positif Covid-19 untuk mengisolasi diri di rumah, seperti dilaporkan Associated Press, Kamis, (24/2/2022).
Pejabat kesehatan Inggris mengatakan bahwa mereka yang dites positif Covid-19 masih akan disarankan untuk isolasi mandiri di rumah setidaknya selama lima hari. Tetapi mulai Kamis, (24/2/2022) mereka tidak diwajibkan secara hukum untuk melakukannya.
Selain itu, mereka yang berpenghasilan rendah tidak akan lagi mendapatkan dukungan keuangan tambahan untuk menebus hilangnya pendapatan karena isolasi.
Aturan tentang pelacakan kontak erat orang yang terinfeksi atau contact tracing juga telah dihapus.
Perdana Menteri Boris Johnson hari Senin menetapkan strategi pemerintahya untuk "hidup dengan Covid-19" untuk jangka panjang.
Boris mengatakan Inggris sedang bergerak "dari pembatasan hukum ke tanggung jawab pribadi," dan akhir dari semua tindakan hukum domestik menandai akhir dari dua tahun tergelap dalam sejarah masa damai negara itu.
Strategi tersebut mencakup rencana untuk secara besar-besaran mengurangi pengujian Covid-19 gratis mulai 1 April.
Baca Juga: Inggris Akan Mulai Hidup Bersama Covid-19, Sejumlah Larangan Bakal Dicabut
Inggris juga sebelumnya menghapus sebagian besar pembatasan Covid-19 mulai Januari lalu, setelah tingkat infeksi dan rawat inap turun menyusul lonjakan pada akhir Desember.
Masker tidak lagi diwajibkan secara hukum di mana pun dan persyaratan paspor vaksin untuk memasuki klub malam dan tempat-tempat publik juga dihapus.
Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara, yang menetapkan aturan kesehatan masyarakatnya sendiri, sama-sama membuka diri meskipun dengan langkah yang berbeda.
Beberapa negara Eropa lainnya, termasuk Denmark dan Swedia, juga baru-baru ini mencabut semua pembatasan Covid-19.
Beberapa pengkritik mempertanyakan langkah tersebut, apakah terlalu dini untuk mengakhiri semua pembatasan, terutama aturan tentang isolasi bagi mereka yang positif Covid-19.
British Medical Association memperingatkan strategi Johnson gagal melindungi orang-orang yang paling rentan dan mereka yang berisiko tinggi terpapar bahaya Covid-19.
Sekitar 85 persen orang berusia 12 tahun ke atas di Inggris telah menjalani vaksinasi lengkap, dan sekitar 66 persen telah mendapatkan dosis ketiga atau booster.
Inggris masih memiliki korban virus corona tertinggi di Eropa setelah Rusia, dengan lebih dari 161.000 kematian.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.