Pemerintah Ukraina dan para separatis saling menuding pihak lawan sebagai pelaku.
Baca Juga: Biden Yakin Putin Telah Memutuskan akan Serang Ukraina, Bakal Terjadi Beberapa Hari Lagi
Negara-negara Barat mengatakan rangkaian serangan tersebut, yang dimulai pada hari Kamis dan meningkat pada hari Jumat, bisa jadi adalah bagian dari upaya pemerintah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membuat dalih dan membenarkan serangan ke Ukraina.
Rusia mengatakan tidak memiliki niat seperti itu dan menuduh Barat menyebarkan ketakutan yang tidak bertanggung jawab.
Tidak ada tanda-tanda kepanikan pada Jumat malam di Donetsk. "Saya pikir semuanya akan berakhir dalam beberapa hari," kata seorang pria, Ilya, berusia 20-an, mengantre untuk menarik uang tunai dari ATM.
Ukraina adalah kerugian paling menyakitkan bagi Rusia dari 14 bekas republik di bawah kendalinya setelah pecahnya Uni Soviet pada 1991.
Putin, yang menyebut perpecahan itu sebagai bencana geopolitik terbesar abad lalu, telah mengabdikan kekuasaannya untuk memulihkan Rusia sebagai kekuatan global dan menentang Barat.
Pemberontak yang didukung Rusia merebut sebagian besar Ukraina timur pada 2014, tahun yang sama ketika Moskow mencaplok wilayah Krimea Ukraina. Kyiv mengatakan lebih dari 14.000 orang telah tewas dalam konflik di timur.
Baca Juga: Putin: Rusia Tetap akan Disanksi Barat meski Tak Serang Ukraina
Saat pasar makin terguncang akibat kekhawatiran terjadinya perang baru, ditambah lagi dengan Eropa yang mengalami krisis diplomatik, Rusia mengatakan pekan ini pihaknya mulai menarik pasukan dari perbatasan dekat Ukraina setelah latihan militer besar-besaran.
Tetapi Amerika Serikat mengatakan mereka malah meningkatkan kekuatan, mengancam tetangganya, menjadi antara 169.000 dan 190.000 tentara, dari 100.000 pada akhir Januari.
"Kami melihat pasukan tambahan (Rusia) pergi ke perbatasan termasuk pasukan terdepan," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Konferensi Keamanan Munich.
Kremlin mengerahkan puluhan ribu tentara yang melakukan latihan tempur di Belarus dan akan berakhir hari Minggu. Pemimpin Belarusia yang didukung Rusia, Alexander Lukashenko, bertemu dengan Putin pada hari Jumat, dengan mengatakan sebelumnya bahwa tentara Rusia dapat tinggal di Belarus selama diperlukan.
Negara-negara Barat mengkhawatirkan konflik dalam skala yang tidak terlihat di Eropa setidaknya sejak perang Yugoslavia dan Chechnya pada 1990-an, yang menewaskan ratusan ribu orang dan memaksa jutaan orang mengungsi.
"Ini adalah mobilisasi militer paling signifikan di Eropa sejak Perang Dunia Kedua," kata duta besar AS Michael Carpenter dalam pertemuan di Organisasi Keamanan dan Kerjasama di Eropa OSCE yang berbasis di Wina.
Sumber : Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.