CANBERRA, KOMPAS.TV - Australia secara resmi mendaftarkan koala di seluruh pantai timurnya dengan status "terancam punah" pada hari Jumat, (11/2/2022) di mana hewan marsupial kecil berkantung di perut itu berjuang untuk bertahan hidup dari dampak kebakaran hutan, pembukaan lahan, kekeringan, dan penyakit, seperti dilansir France24, Jumat, (11/2/2022).
Konservasionis mengatakan populasi koala jatuh di sebagian besar Australia timur selama dua dekade terakhir, memberi peringatan bahwa koala sekarang berada di jurang kepunahan.
Marsupialia adalah kelompok mamalia yang betinanya memiliki marsupium (kantong perut), karena itu dikenal pula sebagai hewan berkantung. Marsupialia adalah mamalia yang berkembang terpisah awal dari kelompok lainnya (Eutheria).
Betina marsupial memiliki dua vagina yang keduanya terbuka secara eksternal melalui satu lubang tetapi mengarah ke ruang terpisah pada uterus. Jantan biasanya memiliki penis bercabang dua. Penis hanya mengeluarkan semen dan bukan urin. Urin dikeluarkan melalui kloaka, seperti reptilia dan unggas. Beberapa hewan yang termasuk marsupialia adalah kanguru dan koala.
Menteri Lingkungan Australia Sussan Ley menetapkan populasi koala sebagai "terancam punah" untuk memberi tingkat perlindungan yang lebih tinggi di New South Wales, Wilayah Ibu Kota Australia, dan Queensland.
Koala, simbol satwa liar unik Australia yang diakui secara global, terdaftar sebagai "rentan" di pantai timur hanya satu dekade sebelumnya.
"Kami mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk melindungi koala," kata Sussan Ley, menyoroti janji pemerintah Australia baru-baru ini sebesar US$36 juta untuk melindungi dan memulihkan habitat koala.
Baca Juga: Terumbu Karang Samudra Hindia Bagian Barat Terancam Punah 50 Tahun ke Depan
Para pemerhati lingkungan menyambut baik status baru koala tetapi mengutuk kegagalan Australia untuk melindungi spesies tersebut sejauh ini.
“(Status) Koala berubah cepat dari tidak terdaftar menjadi rentan, kemudian menjadi terancam punah dalam satu dekade. Itu adalah penurunan yang sangat cepat,” kata ilmuwan konservasi WWF-Australia Stuart Blanch.
Sumber : Kompas TV/France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.