OTTAWA, KOMPAS.TV — Wali Kota Ottawa, yang merupakan ibu kota Kanada, mengumumkan keadaan darurat pada Minggu (6/2/2022). Hal ini dilakukan sebagai tanggapan atas terjadinya protes selama satu minggu yang dilakukan pengemudi truk, sebagai protes terhadap pembatasan COVID-19.
Ribuan pengunjuk rasa kembali beraksi di Ottawa, Kanada, pada akhir pekan lalu. Mereka bergabung dengan ratusan orang lainnya yang berunjuk rasa sejak akhir pekan lalu.
Wali Kota Ottawa Jim Watson mengatakan kota itu telah benar-benar di luar kendali, dengan jumlah demonstran melebihi polisi.
Baca Juga: PM Kanada Justin Trudeau Positif Covid-19, Sudah Vaksin Booster, Jalani Isolasi dan Baik-Baik Saja
Menurut dia, aksi unjuk rasa tersebut mengancam keselamatan dan keamanan warga. Pengemudi truk telah melumpuhkan pusat kota Ottawa dengan kendaraan dan tenda yang menghalangi jalan.
Protes yang mereka sebut sebagai The Freedom Truck Convoy ini dimulai sebagai gerakan menentang persyaratan pemerintah agar pengemudi truk divaksinasi COVID-19.
Pengunjuk rasa membunyikan klakson tanpa henti dan menyebabkan gangguan lalu lintas. Polisi menyebut peristiwa ini sebagai "pengepungan" yang tidak dapat mereka tangani.
Para pengunjuk rasa menentang aturan pemerintah yang mewajibkan vaksin dan pembatasan COVID-19 lainnya.
Pejabat di Ottawa dan di kota-kota lainnya di Kanada berusaha memastikan bahwa protes tersebut tetap berlangsung dengan damai.
Permasalahan ini semakin runyam ketika mantan Presiden AS Donald Trump dan pendukungnya dari Partai Republik, turut memberikan komentar.
Baca Juga: Duh, PM Kanada Justin Trudeau dan Keluarga Kabur ke Lokasi Rahasia karena Demonstrasi Antivaksin
"Konvoi Kebebasan secara damai memprotes kebijakan keras Justin Trudeau, orang gila dari sayap kiri yang telah menghancurkan Kanada dengan aturan COVID yang gila," kata Trump dalam sebuah pernyataan yang dirilis Jumat, seperti dikutip dari The Associated Press.
Para peserta Konvoi Kebebasan berjanji untuk memprotes secara damai dan menghormati hukum. Namun mereka juga berkata akan tetap bertahan dan berdemonstrasi selama diperlukan.
Gerakan itu dipicu oleh aturan yang diperkenalkan bulan lalu tentang kewajiban bagi pengemudi truk untuk divaksin COVID-19, ketika melintasi perbatasan AS-Kanada.
Sejak saat itu, para pengunjuk rasa berkumpul di pusat kota Ottawa dekat Parliament Hill.
Mereka menuntut agar kewajiban itu diakhiri secara nasional. Mereka juga menentang pemerintah Perdana Menteri Justin Trudeau.
Meskipun demikian, dikutip dari BBC, sebuah jajak pendapat baru-baru ini oleh Abacus Data menunjukkan 68% orang Kanada merasa memiliki sangat sedikit kesamaan pemikiran dengan para pengunjuk rasa. Sementara sebanyak 32% mengatakan mereka memiliki banyak kesamaan pemikiran dengan para pengemudi truk.
Baca Juga: Kasus Omicron Bakal Tembus Rekor, Kanada Tutup Sekolah dan Restoran Dalam Ruangan
Protes tandingan pun di lakukan oleh ratusan petugas kesehatan di Toronto. Mereka berbaris dari University of Toronto ke Hospital Row di yang berada di dekat badan legislatif.
Warga Kanada mengeluhkan pemogokan ini menghambat lalu lintas. Mereka juga mengkhawatirkan aksi demonstrasi yang berlarut-larut akan mengarah pada kasus pelecehan dan bahkan kekerasan.
Sedangkan polisi mengatakan, mereka prihatin tentang bagaimana konvoi itu menarik retorika ekstremis.
Sumber : Associated Press, BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.