DUBAI, KOMPAS.TV - Amerika Serikat mengerahkan kapal perusak berpeluru kendali dan jet tempur canggih untuk membantu mempertahankan Uni Emirat Arab setelah serangkaian serangan peluru kendali oleh pemberontak Houthi Yaman, seperti dinyatakan pemerintah Amerika Serikat yang dilaporkan France24, Rabu, (2/2/2022).
Pengerahan itu, untuk "membantu Uni Emirat Arab melawan ancaman saat ini", menyusul pembicaraan telepon antara Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed Al-Nahyan, kata kedutaan Amerika Serikat di Uni Emirat Arab.
Uni Emirat Arab, bagian dari koalisi pimpinan Saudi yang memerangi pemberontak Houthi Yaman yang didukung Iran, mengalami serangan rudal ketiganya hari Senin, (31/1/2022) dalam serangan yang terjadi beberapa minggu berturut-turut.
Kapal perusak berpeluru kendali USS Cole akan bermitra dengan Angkatan Laut Uni Emirat Arab dan berlabuh di Abu Dhabi, kata pernyataan itu, sementara Amerika Serikat juga akan mengerahkan pesawat tempur generasi kelima.
Tindakan lain yang akan dilakukan kontingen militer Amerika Serikat itu termasuk "memberikan intelijen peringatan dini", tambahnya.
Serangan pemberontak Houthi membuka front baru dalam perang tujuh tahun Yaman, yang telah menewaskan ratusan ribu orang secara langsung atau tidak langsung dan membuat jutaan orang mengungsi.
Tiga pekerja asing tewas dalam serangan drone berpeluru kendali yang menargetkan fasilitas minyak dan bandara Abu Dhabi pada 17 Januari, memicu serangan udara mematikan di kawasan yang dikuasai pemberontak Houthi sebagai pembalasan.
Pada 24 Januari, pasukan Amerika Serikat yang ditempatkan di pangkalan udara Al Dhafra Abu Dhabi menembakkan rudal pencegat Patriot dan bergegas ke bunker ketika dua rudal balistik yang ditembak kelompok Houthi jatuh di atas kota.
Baca Juga: Laporan PBB: 2.000 Tentara Anak Rekrutan Pemberontak Houthi Yaman Tewas Terbunuh dalam Pertempuran
Dan pada hari Senin, serangan rudal ketiga digagalkan selama kunjungan Presiden Israel Isaac Herzog ke Uni Emirat Arab.
Amerika Serikat, pendukung koalisi yang dipimpin Arab Saudi, menargetkan pengerahan itu menjadi "sinyal yang jelas bahwa Amerika Serikat mendukung UEA sebagai mitra strategis lama", kata pernyataan itu.
Serangan pemberontak meningkatkan ketegangan lebih lanjut di kawasan Teluk pada saat pembicaraan internasional mengenai program nuklir Iran tersendat, dan membuat harga minyak bumi dunia meloncat ke leve ke tertinggi selama tujuh tahun terakhir.
Kubu pemberontak Houthi mulai menyerang kepentingan Uni Emirat Arab setelah serangkaian kekalahan Houthi di Yaman. Rangkaian kemenangan itu dicapai milisi Brigade Raksasa yang dilatih Uni Emirat Arab.
Pada awal Januari, pemberontak menyita sebuah kapal berbendera UEA di Laut Merah, dengan mengatakan kapal itu membawa senjata, klaim tersebut dibantah oleh Uni Emirat Arab.
Perang saudara Yaman dimulai pada tahun 2014 ketika pemberontak Houthi merebut Sanaa, mendorong pasukan pimpinan Arab Saudi campur tangan untuk menopang pemerintah Yaman yang terdesak pada tahun berikutnya.
Uni Emirat Arab, salah satu pembeli senjata terbesar di dunia, mengumumkan penarikan pasukan dari Yaman pada 2019 tetapi tetap menjadi pemain yang berpengaruh.
Konflik yang parah telah menyebabkan jutaan orang di ambang kelaparan, menurut PBB, yang menyebutnya sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Sumber : Kompas TV/France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.