WASHINGTON, KOMPAS.TV - Seorang ibu asal Amerika Serikat (AS) ditangkap setelah diduga pimpin pasukan perempuan ISIS dan latih anak-anak membunuh.
Allison Fluke-Ekren, yang pernah tinggal di Kansas, AS diduga telah melatih perempuan dan anak-anak membunuh menggunakan senapan serbu AK-47, dan juga menggunakan bom bunuh diri di Suriah.
Ia juga dituduh melakukan operasi rekrutmen untuk potensi serangan di kampus universitas AS pada masa mendatang.
Dikutip dari BBC, jika terbukti bersalah, Fluke-Ekren bisa dihukum penjara hingga 20 tahun.
Baca Juga: Pengadilan Prancis Jatuhkan Penjara 22 Tahun Bagi Dua Warga Mesir Pembunuh Pekerja Seks Transgender
Detail keluhan diberikan melalui affidavit FBI dari 2019, yang dirilis Sabtu (29/1/2022), setelah ia kembali ke AS untuk menerima dakwaan.
Diketahui bahwa pada 2016, sebuah pasukan perempiuan ISIS, yang diketahui sebagai Khatiba Nusaybah telah dibentuk di Raqqa, Suriah.
Saat itu, secara de facto, Raqqa merupakan Ibu Kota dari ISIS.
Pasukan itu dikatakan hanya terdiri dari perempuan ISIS yang menikah dengan pejuang ISIS.
Fluke-Ekren dicurigai menjadi pemimpin dan penyelenggara kelompok setelah ia bergabung.
Diyakini peranan utamanya adalah melatih perempuan untuk mempertahankan diri melawan musuh dari ISIS.
Ia dikatakan sukses melatih sejumlah perempiuan ISIS menggunakan AK-47, granat dan sabuk bunuh diri.
Fluke-Ekren juga dituduh melatih anak-anak untuk menggunakan senapan serbu, dan dari affidavit FBI, saksi mengatakan salah satu putra Fluke-Ekren terlihat memegang senapan mesin.
Baca Juga: Presiden Kazakhstan Tolak Penyelidikan Internasional Terkait Krisis Berdarah di Negaranya
Ketika itu, ia diyakini masih berusia 5 atau 6 tahun.
Selain diduga atas peranannya di Suriha, Fluke-Ekren juga dituduh merencanakan dan merekrut untuk operasi serangan di sebuah kampus universitas di AS.
Ia juga dituduh mengatakan kepada saksi mata keinginannya melakukan serangan ke pasar swalayan menggunakan peledak.
Selain itu ia juga dilaporkan telah berkata bahwa akan menyianyiakan sumber daya jika tidak ada banyak orang yang terbunuh.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.