“Saya berharap mereka juga menyadari bahwa keuntungan kerja sama lebih besar daripada harga konfrontasi lebih lanjut," imbuhnya.
Rusia membantah mereka bermaksud menyerang Ukraina, tetapi menuntut jaminan dari Barat bahwa NATO tidak akan memperluas keanggotaan ke Ukraina atau negara-negara bekas Soviet lainnya atau menempatkan pasukan dan senjatanya di sana.
Ia juga telah mendesak NATO untuk menghentikan pengerahan pasukan dan senjatanya ke negara-negara Eropa Tengah dan Timur yang bergabung dengan aliansi itu setelah berakhirnya Perang Dingin.
Washington dan sekutunya dengan tegas menolak tuntutan Moskow tetapi tetap membuka pintu untuk kemungkinan pembicaraan lebih lanjut tentang pengendalian senjata dan langkah-langkah membangun kepercayaan untuk mengurangi potensi permusuhan.
Ryabkov bersikeras, bagaimanapun tidak akan ada pembicaraan yang berarti mengenai masalah tersebut jika Barat tidak mengindahkan permintaan utama Rusia untuk non-ekspansi NATO.
Dia memperingatkan tuntutan Rusia yang terkandung dalam rancangan perjanjian dengan Amerika Serikat dan NATO.
"Hal ini merupakan sebuah paket, dan kami tidak siap untuk membaginya menjadi beberapa bagian, untuk mulai memproses beberapa dari mereka dengan mengorbankan yang lain,” katanya.
Baca Juga: Rusia Tuntut Jawaban tentang Jaminan Keamanan sebelum Setuju untuk Bahas Ukraina
Diplomat Rusia itu mengatakan, hubungan Ukraina yang semakin dekat dengan sekutu NATO menimbulkan tantangan keamanan besar bagi Rusia.
“Kami melihat ancaman, bahwa Ukraina menjadi semakin terintegrasi di NATO bahkan tanpa memperoleh status formal negara anggota NATO,” kata Ryabkov.
Ia menunjuk kekuatan Barat yang memasok Ukraina dengan senjata, melatih pasukannya dan melakukan latihan bersama.
“Ini adalah sesuatu yang langsung menuju pusat kepentingan keamanan nasional Rusia, dan kami akan melakukan yang terbaik untuk membalikkan situasi ini, untuk menyeimbangkan kembali situasi ini melalui cara-cara diplomatik,” katanya.
Rusia mencaplok Semenanjung Krimea dari Ukraina pada 2014 setelah protes massal mendorong pemimpin Ukraina yang bersahabat dengan Moskow itu melarikan diri ke Rusia.
Pada saat yang sama, Rusia juga memberikan dukungannya di belakang pemberontakan separatis yang melanda wilayah yang luas di Ukraina timur.
Lebih dari 14.000 orang telah tewas dalam hampir delapan tahun pertempuran di sana.
Ditanya apakah Rusia dapat menerima moratorium ekspansi NATO ke arah timur, sebuah gagasan yang diedarkan oleh beberapa pakar politik.
Ryabkov menjawab dengan tegas tidak, dengan mengatakan Moskow melihat Barat ingkar dari janji-janji sebelumnya.
Dia menekankan, "bagi kami, masalah prioritas adalah pencapaian jaminan yang mutlak dan mengikat secara hukum" bahwa Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya tidak akan bergabung dengan aliansi tersebut," katanya.
Ryabkov menyarankan Amerika Serikat juga dapat mengambil kewajiban sepihak untuk tidak pernah memilih keanggotaan NATO bagi Ukraina dan negara-negara bekas Soviet lainnya.
Rusia mendesak Amerika Serikat dan NATO untuk memberikan tanggapan tertulis dengan segera.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan, mereka berharap bisa menerima dokumen itu dalam beberapa hari.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.