WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat menuding Rusia sudah menyiapkan sabotase terhadap Ukraina untuk melancarkan invasi. Agresi militer disebut bisa jadi dilakukan “antara pertengahan Januari dan pertengahan Februari.”
Washington menuduh Rusia menyiapkan operasi bendera palsu sebagai alasan invasi. Operasi bendera palsu yang dimaksud adalah tindakan mencari kambing hitam untuk membenarkan aksi Moskow.
“Kami punya informasi yang mengindikasikan Rusia sudah menyiapkan sekelompok agen untuk merampungkan operasi bendera palsu di timur Ukraina," kata Juru Bicara Gedung Putih, Jen Psaki dikutip The Guardian, Jumat (14/1/2022).
“Para agen ini terlatih dalam perang kota dan menggunakan bahan peledak untuk menyabotase pasukan proksi Rusia sendiri,” imbuhnya.
Baca Juga: AS Berencana Sanksi Putin, Rusia Ancam Kehancuran Hubungan Kedua Negara
Tuduhan ini muncul tak lama setelah negosiasi buntu antara petinggi NATO dan Rusia yang digelar di Jenewa, Brussel, dan Wina.
NATO mendesak Rusia menarik mundur 100.000 pasukan dari perbatasan Ukraina. Sedangkan Moskow meminta NATO tidak memasukkan Ukraina dan Georgia sebagai anggota.
Keduanya sama-sama menolak tuntutan dan belum menemukan jalan tengah.
Tuduhan operasi bendera palsu juga dilontarkan oleh Juru Bicara Pentagon, John Kirby. “Rusia menyiapkan operasi yang didesain terlihat seperti serangan kepada penutur bahasa Rusia di Ukraina sebagai alasan untuk masuk (menyerang),” katanya.
Pejabat Washington juga mengeklaim Moskow menggencarkan kampanye disinformasi untuk menjustifikasi agresi. Menurut seorang pejabat AS, terdapat sekitar 3.500 unggahan di media sosial per hari yang menuduh Ukraina dan Barat berencana menyerang Rusia.
Sementara itu, pejabat Ukraina menyebut provokasi Moskow bisa berupa serangan ke kedutaan dan konsulat Rusia.
Moskow menyalahkan kelompok sayap kanan garis keras Ukraina atas serangan itu. Namun, Kyiv menudingnya sebagai ulah Rusia sendiri.
Pada hari yang sama dengan munculnya dugaan itu, situs-situs pemerintah Ukraina dihantam serangan siber masif. Situs-situs itu lumpuh karena diretas.
Situasi konflik Ukraina memanas karena kekeraskepalaan masing-masing pihak. Moskow tetap pada tuntutannya yang menolak ekspansi NATO dan tak mau surut.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan Kremlin tidak akan menunggu respons Barat dengan sabar.
“Kami hampir hilang kesabaran. Barat didorong keangkuhan dan memperparah tensid engan melanggar sendiri kewajibannya dan melampaui kewajaran,” kata Lavrov, Jumat (14/1).
Baca Juga: Juru Bicara Putin Sebut NATO Cuma Alat Konfrontasi, Anggap Keanggotaan Ukraina Mengancam Rusia
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.