NURSULTAN, KOMPAS.TV - Pasukan penjaga perdamaian dari Organisasi Traktat Keamanan Kolektif (CSTO) yang dipimpin Rusia akan meninggalkan Kazakhstan dua hari ke depan. Hal ini disampaikan oleh Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, Selasa (11/1/2022).
“Misi utama pasukan penjaga perdamaian CSTO sudah berhasil diselesaikan,” kata Tokayev dalam rapat parlemen sebagaimana dikutip DW.
Tokayev menyebut proses penarikan pasukan tidak akan sampai melebihi 10 hari.
Sekitar 2.500 pasukan CSTO diterjunkan ke Kazakhstan untuk membantu memulihkan ketertiban di tengah demonstrasi berdarah sepanjang pekan lalu.
Demonstrasi tersebut dipicu oleh kenaikan harga LPG, bahan bakar utama warga Kazakhstan. Namun, usai tuntutan ekonomis dipenuhi, kerusuhan tetap terjadi selama beberapa hari, menewaskan lebih dari 160 orang.
Baca Juga: Demo Berdarah di Kazakhstan Bisa Pengaruhi Perkembangan Konflik Rusia dengan NATO-Ukraina
Pemerintahan Tokayev pun meminta bantuan CSTO. Organisasi ini adalah aliansi keamanan enam negara bekas Uni Soviet, dipimpin oleh Rusia.
Selain Rusia, Belarusia dan Kirgizstan turut menerjunkan pasukan ke Kazakhstan. Pasukan gabungan ini diminta menjaga titik-titik strategis di negara itu.
“Hingga saat ini, tidak ada provokasi atau upaya menerobos area penjagaan yang terdeteksi,” kata Wakil Komandan Pasukan Khusus Belarusia Sergey Andreev kepada Associated Press.
Penerjunan pasukan yang kebanyakan dari Rusia ini sempat disindir oleh Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut, sekalinya Rusia berada di “rumahmu”, akan sulit menyuruh mereka pergi.
Kementerian Luar Negeri Rusia pun menanggapi komentar Blinken tersebut. Kremlin menyebut jika Blinken “paham sejarah”, maka AS lah yang sering membuat kekacauan di negara orang lain dan menewaskan warga setempat.
Baca Juga: Soal Pengiriman Pasukan ke Kazakhstan, Rusia Balas Kritik Blinken dengan Jawaban Menohok
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.