BERLIN, KOMPAS.TV - Pemerintah Jerman menolak proposal Uni Eropa memasukkan tenaga nuklir dalam rencana energi baru-terbarukan demi masa depan yang lebih ramah lingkungan.
Pada Senin (3/1/2022), juru bicara pemerintah Jerman, Steffen Hebestreit, menegaskan bahwa energi nuklir berbahaya.
Sikap Berlin ini membuat situasi di dewan eksekutif Uni Eropa menjadi lebih canggung. Pasalnya, Jerman amat berseberangan dengan Prancis.
Dua kekuatan besar ekonomi Eropa itu beda sikap soal tenaga nuklir.
Di satu pihak, Jerman hendak meniadakan energi atom dan akan menutup tiga pembangkit listrik tenaga nuklir yang tersisa pada akhir 2022.
Baca Juga: Jerman Resmi Tutup Tiga Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Tiga PLTN Tersisa akan Ditutup Akhir 2022
Sementara itu, Paris berniat mempercanggih reaktor pembangkit listrik dan membangun reaktor baru demi memenuhi kebutuhan energi ramah lingkungan.
Jerman sendiri berencana menggantungkan kebutuhan energi dari gas alam hingga bisa memenuhinya dari sumber non-polutan.
“Kami menganggap teknologi nuklir itu berbahaya,” kata Hebestreit kepada Associated Press.
Menurutnya, Jerman khawatir dengan limbah radioaktif tenaga nuklir. Limbah tersebut dapat bertahan “selama ribuan generasi” dan isu pengelolaannya belum bisa dijawab secara paripurna.
Sikap Jerman sendiri dikritik aktivis lingkungan karena berniat menggunakan gas alam.
Gas alam diketahui tidak menguarkan pencemaran separah batu bara, tetapi pembakarannya masih mengirim karbon dioksida yang berdampak pada krisis iklim.
Hebestreit sendiri mengaku Berlin sebatas menggunakan gas alam sebagai “teknologi jembatan” dan akan segera menggantikannya begitu tersedia teknologi baru.
Jerman menargetkan bisa mengandalkan sumber energi baru-terbarukan seperti hidrogen per 2045 mendatang.
Baca Juga: Iran Sebut Pencabutan Sanksi Kunci Sukses Perundingan Nuklir
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.