TAIPEI, KOMPAS.TV - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen meminta China untuk menghentikan petualangan militernya yang dinilai bertujuan memprovokasi.
Hal itu diungkapkan Tsai dalam pidato tahun barunya, Sabtu (1/1/2022).
“Penggunaan sarana militer sama sekali bukan pilihan untuk menyelesaikan perbedaan antara kedua pihak,” tuturnya dikutip dari The Strait Times.
Pernyataan itu muncul tak lama setelah Presiden China Xi Jinping pada pidato tahun barunya menegaskan bakal mewujudkan reunifikasi dengan Taiwan.
Baca Juga: Perayaan Tahun Baru Berdarah di Kuil India, 12 Orang Tewas karena Kerusuhan
Xi Jinping menegaskan reunifikasi merupakan aspirasi semua pihak, baik di China dan Taiwan.
China sendiri melihat Taiwan sebagai provinsi yang melarikan diri yang berusaha untuk mereka persatukan lagi.
Beijing pun kerap melakukan tekanan diplomatik dan militer sejak Tsai Ing-wen berkuasa pada 2016.
China kerap mengirim pesawat militernya dengan jumlah besar ke zona pertahanan udara Taiwan pada beberapa bulan terakhir.
Pada Oktober lalu, Kementerian Pertahanan China menegaskan tensi militer mereka dengan China menjadi yang tertinggi selama empat dekade.
Hal itu diungkapkan setelah jumlah jet tempur dan pesawat militer China yang masuk ke zona pertahanan Taiwan mencapai catatan terbanyak.
China juga terus berusaha keras mengisolasi Taiwan dari pengakuan internasional.
Beijing menyebut deklarasi formal terhadap kemerdekaan Taiwan sebagai bentuk provokasi.
Baca Juga: Lockdown Covid-19, Warga China di Xi’an Memohon Makanan karena Belum Terima Bantuan
China pun terus memberikan ancaman konsekuensi terhadap negara yang mendukung Taiwan.
Beijing juga kerap berusaha membuat sekutu diplomatik Taiwan untuk berpindah posisi.
Teranyar adalah Nikaragua, yang sebelumnya mengakui Taiwan, memutuskan berpindah dukungan ke China.
China pun telah membuat Kedutaan Besar di negara Amerika Tengah itu pada Jumat (31/12/2021) lalu.
Sumber : The Strait Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.