EDINBURGH, KOMPAS.TV - Tiga abad setelah Undang-Undang Penyihir Skotlandia dicabut, pemerintah dilaporkan akan minta maaf kepada para terhukum. Edinburgh disebut akan memohon maaf secara resmi dalam waktu dekat dan memulihkan nama baik para tertuduh.
Kebijakan itu lahir berkat dua tahun kampanye oleh kelompok aktivis Witches of Scotland. Per Desember 2021, tuntutan gerakan tersebut dilaporkan telah didukung pemerintahan Perdana Menteri Nicola Sturgeon.
Menurut laporan The Times via The Guardian, pemerintah Skotlandia akan segera menerbitkan kebijakan yang memulihkan nama baik para terdakwa “penyihir”.
Undang-Undang Penyihir Skotlandia diterbitkan pada 1563 silam, lalu dicabut pada 1736 atau tiga abad silam.
Baca Juga: Selandia Baru Ternyata Punya Penyihir Resmi Selama 23 Tahun, Digaji Rp160 Juta
Undang-undang tersebut memicu perburuan “penyihir” besar-besaran. Kebanyakan sasaran perburuan ini adalah perempuan.
Sebanyak 3.837 orang pernah didakwa sebagai penyihir oleh pengadilan Skotlandia, 83 persen di antaranya perempuan. Kebanyakan terdakwa pun dieksekusi mati lalu jasadnya dibakar.
“Kesalahan” yang dituduhkan terhadap para terdakwa bermacam-macam, mulai dari mengutuk kapal raja, bersulih rupa menjadi binatang, hingga menari dengan iblis.
Salah satu pengadilan penyihir awal yang paling terkenal adalah sidang Geillis Duncan pada 1590. Raja James VI dari Skotlandia menuduhnya memanggil badai untuk menenggelamkan kapal yang ditumpangi pengantin Raja James asal Denmark.
Geillis kemudian disiksa dan mengakui bahwa ia bertemu dengan iblis untuk minta kapal raja ditenggelamkan.
Salah satu kasus lain yang cukup terkenal adalah Agnes Sampson, tertuduh pemimpin penyihir yang disebut berupaya membunuh raja. Agnes bersaksi (setelah disiksa) bahwa ia dan 200 perempuan menghadiri khotbah iblis di North Berwick, Skotlandia.
Claire Mitchell, aktivis yang memimpin kampanye Witches of Scotland, menyebut mereka ingin ampunan, permohonan maaf, serta monumen nasional untuk memperingati para korban perburuan penyihir.
“Per kapita, selama periode abad 16 hingga 18, kami (Skotlandia) mengeksekusi orang lima kali lipat dibanding negara mana pun di Eropa. Mayoritasnya perempuan,” kata Claire kepada The Times.
“Kita benar-benar piawai menemukan perempuan untuk dibakar di Skotlandia. Mereka yang dieksekusi tidaklah bersalah, jadi mereka harus dibebaskan dari semua tuduhan,” imbuhnya.
Baca Juga: Dituduh Penyihir, Nenek Penganut Sikh Ditikam Pria di India hingga Tewas
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.