PYONGYANG, KOMPAS.TV - Dalam peringatan 10 tahun meninggalnya pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) sebelumnya, Kim Jong Il, sejumlah larangan diberlakukan untuk seluruh masyarakat setempat.
Mulai Jumat (17/11/2021) hingga sebelas hari ke depan, larangan-larangan tersebut diberlakukan sebagai bentuk penghormatan kepada mendiang ayah dari pemimpin tertinggi Korut saat ini, Kim Jong Un.
Melansir New York Post, setidaknya ada tujuh larangan selama peringatan kematian Kim Jong Il yang dikeluarkan oleh pemerintah Korut.
Baca Juga: Korut Larang Warga Tiru Gaya Pakaian Kim Jong-Un, yang Langgar Ditindak Tegas
Selain itu, warga Korut juga wajib diam dan membungkuk untuk menghormati Kim Jong Il saat sirene dibunyikan pada tengah hari selama tiga menit.
"Dulu, banyak orang yang tertangkap minum atau mabuk selama masa berkabung ditangkap dan diperlakukan sebagai penjahat ideologis," kata seorang warga di kota Sinuiju kepada Radio Free Asia (RFA).
Setelah ditangkap, lanjut orang tersebut, mereka yang dianggap penjahat ideologis tidak akan pernah terlihat lagi.
Baca Juga: Hadapi Ancaman Korut dan China, PM Jepang Janji Perkuat Militer hingga Punya Daya Ofensif
Selama peringatan kematian Kim Jong Il, mobil, kereta api, dan kapal membunyikan klakson dan bendera setengah tiang dikibarkan di segala penjuru.
Lalu, masyarakat pergi ke Bukit Mansu Pyongyang untuk meletakkan bunga serta membungkuk di depan patung raksasa Kim Jong Il yang telah memerintah selama 46 tahun.
Kim Jong Un juga terlihat bersama ratusan pejabat dalam sebuah upacara di luar Istana Matahari Kumsusan di ibu kota Pyongyang.
Adapun, Pejabat Korut Choe Ryong Hae menyebut Kim Jong Il sebagai 'orang tua dari rakyat kita' yang membangun potensi kekuatan militer dan ekonomi negara.
Baca Juga: Mantan Pasukan Khusus Korut Ini Berhasil Kabur dari Penjara Ketat China, tapi lalu Ditangkap Polisi
Pada hari itu juga, beberapa surat kabar yang dikontrol oleh pemerintah mulai menerbitkan artikel yang memuji Kim Jong Il.
"Dia (Kim Jong Il), tak diragukan lagi, sosok terbesar dan bijak dalam revolusi yang diikuti semua orang di negeri ini dengan kasih sayang serta ketulusan mendalam," tulis Rodong Sinmun, surat kabar partai penguasa.
Sementara itu, untuk mengawasi larangan meniru gaya berpakaian ayahnya yang kerap mengenakan mantel kulit, Kim Jong Un pun membentuk polisi mode.
Menurut laporan RFA, polisi mode tersebut nantinya akan berpatroli di jalan-jalan untuk menyita mantel kulit dari penjual dan setiap warga yang mengenakannya.
Sumber : Kompas TV/New York Post/RFA/Rodong Sinmun
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.