TEL AVIV, KOMPAS.TV - Israel tampaknya khawatir dengan perundingan nuklir Iran yang saat ini tengah dilakukan
Perdana Menteri Israel Naftali Bennet kemudian meminta negara bekuasa untuk bertindak tegas pada negosiasi tersebut.
Hal itu diungkapkan Bennett, Minggu (5/12/2021), saat berbicara di depan kabinetnya.
Israel terus memperhartikan dengan cemas setelah negara berkuasa duduk bersama Iran di Wina untuk membicarakan mengaktifkan kembali perjanjian 2015.
Baca Juga: Denmark Temukan Sudah Ada 183 Kasus Infeksi Covid-19 Varian Omicron
Minggu lalu, Iran langsung melakukan pergerakan saat pembicaraan dilanjutkan.
Mereka menyarankan segala sesuatu yang dibahas dalam putaran diplomasi sebelumnya dapat dinegosiasikan ulang.
Kemajuan Iran yang berkelanjutan dalam program atomnya semakin meningkatkan taruhan.
“Saya meminta semua negara yang bernegosiasi dengan Iran di Wina melakukan langkah keras dan memastikan Iran tak bisa melakukan pengayaan uranium dan bernegosiasi di waktu yang sama,” tutur Bennett dikutip dari Al-Jazeera.
“Iran harus mulai membayar harga dari pelanggarannya,” ujarnya.
Kesepakatan awal, yang dipelopori oleh mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama memberi Iran bantuan yang sangat dibutuhkan dari sanksi ekonomi yang melumpuhkan dengan imbalan pembatasan aktivitas nuklir.
Baca Juga: Perundingan Nuklir Tak Kelar-Kelar, Kaum Muda Iran Kini Sudah Tidak Peduli
Tetapi mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari kesepakatan pada 2018, dengan dorongan kuat dari Israel.
Pembicaraan pekan lalu di Wina, dilanjutkan setelah jeda lebih dari lima bulan dan merupakan yang pertama di mana pemerintahan baru Iran berpartisipasi.
Israel sendiri merupakan salah satu yang menolak keras perjanjian nuklir Iran 2015.
Mereka menegaskan perjanjian itu tak cukup untuk menunda program nuklir mereka, dan tidak membahas dengan apa yang dilihatnya sebagai aktivitas milirer Iran yang bermusuhan di seluruh wilayah.
Sumber : Al-Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.