LONDON, KOMPAS.TV - Pemerintah Israel melarang Bnei Sakhnin, klub sepak bola yang berasal dari wilayah berpenduduk mayoritas warga Palestina Israel, bermain di stadionnya sendiri.
Keputusan itu diambil setelah Bnei Sakhnin menang melawan Beitar Jerusalem, klub Israel yang dikenal dengan suporternya yang kerap melontarkan yel-yel rasisme anti-Palestina.
Kamis (2/12/2021) lalu, Kementerian Perekonomian dan Perindustrian Israel mengumumkan, pencabutan izin penggunaan Stadion Doha di Sakhnin, kota di utara Israel yang dihuni mayoritas warga Palestina Israel.
Pihak otoritas berdalih Bnei Sakhnin telah melanggar jumlah suporter yang diizinkan untuk hadir di stadion.
Menurut otoritas, Bnei Sakhnin diizinkan untuk menghadirkan 5.388 suporter untuk menonton pertandingan melawan Beitar Jerusalem dari 7.414 tempat duduk yang tersedia di Stadion Doha.
Baca Juga: Pejabatnya Disadap Israel, Kementerian Luar Negeri Palestina Berang
Namun, menurut otoritas, jumlah suporter Bnei Sakhnin yang hadir di stadion mencapai 7.000 orang. Sedangkan suporter Beitar Jerusalem berjumlah hampir 500 orang.
“Kami menanggapi dengan serius pelanggaran terhadap syarat yang sudah kami tetapkan untuk izin bisnis stadion tersebut,” bunyi pernyataan yang dirilis kementerian tersebut.
Arab High Follow-Up Committee, organisasi yang menaungi faksi-faksi politik yang mewakili warga Palestina Israel, menyebut langkah itu bernuansa “politis.” Sebanyak 20 persen warga Israel berlatar belakang Palestina.
Bnei Sakhnin mengandaskan Beitar Jerusalem 2-0 dalam pertandingan Liga Primer Israel pada 30 November lalu. Hasil tersebut membuat posisi Bnei Sakhnin melejit ke peringkat ketiga klasemen.
Kekalahan tersebut juga mengakibatkan pelatih Beitar, Erwin Koeman yang tak lain adalah adik dari mantan pelatih Barcelona Ronald Koeman, mundur.
Baca Juga: Vandalisme Pemukim Israel Rusak Belasan Kendaraan Warga Palestina di Tepi Barat
Bnei Sakhnin atau Abna Sakhnin yang bermakna 'putra-putra Sakhnin' didirikan pada awal 1990-an dan pernah memenangi Piala Negara pada 2004.
Presiden Bnei Sakhnin, Mohammed Abu Younis, mengatakan otoritas Israel memang sudah menunggu untuk menutup stadion yang diresmikan pada 2006 silam dan pembangunannya sebagian didanai oleh pemerintah Qatar itu.
“Apakah mereka ingin mengubah Stadion Doha menjadi penjara? Kami akan mengambil langkah hukum untuk membatalkan putusan ini. Saya berjanji kami tidak akan diam saja dan akan melawan keputusan ini dengan cara apapun yang mungkin dilakukan,” kata Abu Younis seperti dilansir Middle East Eye.
Baca Juga: Sipir Perempuan Israel Diduga Dipaksa Berikan Layanan Seks ke Napi Palestina, Investigasi Dilakukan
Sumber : Middle East Eye
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.