WINA, KOMPAS.TV - Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan tidak akan menggelar pertemuan bilateral dengan delegasi Amerika Serikat (AS) di sela-sela perundingan nuklir yang kembali dilanjutkan di Wina, Austria, hari ini, Senin (29/11/2021).
Perundingan yang bertujuan menyelamatkan kesepakatan nuklir tahun 2015 itu dilanjutkan setelah terhenti selama lima bulan.
Sejak itu, enam putaran perundingan tidak langsung telah digelar dalam kurun April-Juni lalu. Perundingan baru itu dimulai lagi setelah sempat terhenti menyusul terpilihnya presiden baru Iran, Ebrahim Raisi.
Pejabat Uni Eropa yang mengepalai perundingan nuklir Iran mengatakan, pihaknya telah bertemu perwakilan China, Rusia, dan Iran pada Minggu (28/11/2021).
Selanjutnya pada Senin, pejabat tersebut akan menggelar pertemuan dengan delegasi Eropa dan AS menjelang digelarnya perundingan formal di hari yang sama.
Baca Juga: Jenderal Iran Serukan Penghancuran Total Israel dan Zionisme
Para pejabat negara-negara Barat sebelumnya mengkritik Teheran karena mengajukan permintaan “tidak realistis” yang menuntut pencabutan sanksi-sanksi oleh AS dan Eropa yang dijatuhkan sejak 2017 termasuk yang tidak berhubungan dengan program nuklir Iran.
Di sisi lain, Iran berkeras mengatakan tujuan utamanya di Austria adalah untuk menuntut pencabutan sanksi, ketimbang menyelesaikan masalah nuklir.
Sementara para diplomat mengatakan waktu kian menipis untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir yang hampir kolaps setelah pemerintah AS di bawah Donald Trump menarik diri pada 2018 lalu.
Kesabaran kedua belah pihak juga semakin tergerus karena Teheran merasa frustrasi dengan badan pengawas atom PBB, IAEA, yang bertugas mengawasi program nuklir Iran.
Baca Juga: Di Kualifikasi PD Basket, Tuan Rumah Kazakhstan Putar Lagu Kebangsaan Iran, Padahal yang Main Suriah
Meski menghadapi banyak kritik, Iran terus menjalankan program pengayaan uraniumnya.
Sementara IAEA menyatakan tim pemantaunya tidak mendapatkan akses untuk memasang kamera pengawas di fasilitas nuklir Iran yang dinilai krusial untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut.
“Barat harus menerima akibat dari kegagalannya menjaga bagian dari tawar-menawarnya. Seperti dalam urusan lainnya, kesepakatan adalah kesepakatan, dan ada konsekuensi ketika terjadi pelanggaran,” tulis perwakilan utama Iran dalam perundingan nuklir, Ali Bagheri, dalam sebuah kolom di Financial Times, seperti dikutip Middle East Eye.
“Prinsip ‘kepatuhan mutual’ tidak dapat membentuk dasar yang memadai untuk negosiasi karena pemerintah AS yang keluar dari kesepakatan ini secara sepihak.”
Baca Juga: Abaikan Negosiasi Nuklir Iran, Israel Siap Konfrontasi
Sumber : Middle East Eye
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.