YERUSALEM, KOMPAS.TV - Seorang gerilyawan Hamas melepaskan tembakan di Kota Tua Yerusalem, Minggu (21/11/2021). Tembakan ini menewaskan satu orang Israel dan melukai empat lainnya sebelum dia ditembak mati oleh polisi Israel.
Belum diketahui apakah serangan itu dilakukan atas perintah Hamas atau merupakan inisiatifnya sendiri. Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, sebelumnya telah mematuhi gencatan senjata dengan Israel sejak perang 11 hari bulan Mei lalu. Selain itu, serangan di dalam kota tua sangat jarang terjadi.
Polisi mengatakan serangan itu terjadi di dekat pintu masuk ke tempat suci yang diperebutkan. Kekerasan di sekitar situs yang disucikan oleh umat Muslim dan Yahudi, telah memicu pertempuran sebelumnya, termasuk perang pada bulan Mei lalu.
Baca Juga: Lagi! Seorang Warga Palestina Tewas Ditembak Israel di Tepi Barat
Para pejabat Israel mengatakan Eliyahu Kay, seorang imigran berusia 26 tahun dari Afrika Selatan, tewas dalam penembakan itu. Kay baru-baru ini bekerja di Tembok Barat, tempat paling suci di mana orang Yahudi bisa berdoa. Satu dari empat orang yang terluka saat ini dalam kondisi serius.
Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai warga Palestina berusia 42 tahun dari Yerusalem timur. Media Palestina mengidentifikasi dia sebagai Fadi Abu Shkhaidem, seorang guru di sekolah menengah terdekat.
Di Gaza, Hamas memuji serangan itu sebagai "operasi heroik" dan mengatakan Abu Shkhaidem adalah salah satu anggotanya. Namun, kelompok itu tidak mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
"Perlawanan rakyat kami akan terus sah dengan segala cara dan alat melawan penjajah Zionis sampai tujuan yang kami inginkan tercapai dan pendudukan berhasil diusir dari tempat suci kami dan semua tanah kami," kata juru bicara Abdel Latif al-Qanou, seperti dikutip dari The Associated Press.
Hamas telah berperang empat kali melawan Israel sejak menguasai Gaza dari kelompok saingannya Fatah pada 2007.
Baca Juga: B’Tselem: Israel Gunakan Pemukim untuk Rampas Lebih Banyak Tanah Warga Palestina
Israel, bersama dengan Mesir, bersama-sama mempertahankan blokade yang mencekik di Gaza sejak pengambilalihan Hamas. Hal ini menyebabkan kerugian besar bagi ekonomi yang sudah lemah di wilayah itu. Sejak perang bulan Mei lalu, Israel dan Hamas telah melakukan pembicaraan tidak langsung melalui mediator Mesir yang bertujuan untuk memperkuat gencatan senjata jangka panjang.
Israel, bersama dengan AS dan Uni Eropa, menganggap Hamas sebagai kelompok teroris. Pada hari Jumat lalu, Inggris mengatakan pihaknya juga bermaksud untuk melarang Hamas sebagai kelompok teroris dan tidak akan lagi membedakan antara sayap politik dan militernya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.