PARIS, KOMPAS.TV — Pemerintah harus menggelontorkan lebih banyak uang dan sumber daya untuk menjaga kesejahteraan mental anak-anak dan remaja.
Hal ini diungkapkan badan perlindungan anak-anak PBB, UNICEF, pada Selasa (5/10/2021).
Krisis yang diakibatkan oleh virus Corona, membuat sekolah harus ditutup dan membalikkan kehidupan anak-anak dan remaja, yang membuat mereka rentan terhadap masalah kesehatan mental.
Seperti dikutip dari The Associated Press, UNICEF mengatakan mungkin perlu waktu bertahun-tahun untuk mengukur sejauh mana dampak pandemi pada kesehatan mental anak muda.
Namun psikiater dengan cepat melihat tanda-tanda kesulitan yang telah dihadapi anak-anak dan remaja.
Baca Juga: Unicef: 10 Juta Anak Afghanistan Sangat Membutuhkan Bantuan Kemanusiaan
Ketika lockdown, banyak anak-anak dan remaja yang berpikiran bunuh diri, mengalami kecemasan, gangguan makan dan kesulitan lainnya.
Selain itu, pembelajaran jarak jauh memisahkan mereka dari teman-teman dan membuat rutinitas mereka berubah drastis.
“Dengan lockdown dan pembatasan pergerakan terkait pandemi, anak-anak telah menghabiskan tahun-tahun hidup mereka dengan jauh dari keluarga, teman, ruang kelas, dan keterbatasan bermain, yang merupakan elemen kunci dari masa kanak-kanak itu sendiri,” kata direktur eksekutif UNICEF, Henrietta Fore.
“Dampaknya signifikan, dan itu hanya puncak gunung es,” kata Fore.
“Bahkan sebelum pandemi, terlalu banyak anak yang terbebani oleh masalah kesehatan mental yang belum terselesaikan. Terlalu sedikit investasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan kritis ini,” tambahnya.
Baca Juga: UNICEF: 12.000 Anak Suriah Terbunuh dan Terluka Selama 10 Tahun Perang
Psikiater anak mengatakan, bahkan sebelum pandemi pun mereka sudah kekurangan sumber daya. Di sisi lain, menurut UNICEF, dana yang dikeluarkan untuk melindungi kesehatan mental masih sangat rendah, sedangkan kebutuhannya mendesak.
Mengutip angka pra-pandemi, pada 2019, UNICEF memperkirakan hampir 46.000 anak dan remaja berusia 10 hingga 19 tahun mengakhiri hidup mereka sendiri setiap tahunnya.
Skala tekanan terkait pandemi di kalangan anak-anak dan remaja telah membuat pemerintah beberapa negara untuk bertindak.
Prancis, yang menjadi tuan rumah pertemuan puncak global dua hari tentang kesehatan mental minggu ini, telah menawarkan sesi terapi gratis untuk anak-anak dan remaja.
Mereka berjanji untuk memperpanjang bantuan itu mulai tahun depan kepada semua orang, dengan resep dokter.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.