KUALA LUMPUR, KOMPAS.TV - Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin mengumumkan sedang dalam pembicaraan untuk membeli pil antivirus eksperimental yang dikembangkan oleh Merck & Co untuk pengobatan Covid-19.
Khairy Jamaluddin mengatakan dalam sebuah ciutan, Sabtu (2/10/2021), bahwa dirinya telah memulai negosiasi untuk mendapatkan obat-obatan baru. Hal ini mengacu pada berita pada Jumat kemarin bahwa pil yang dikembangkan Merck & Co dapat mengurangi separuh kemungkinan kematian atau dirawat di rumah sakit bagi mereka yang paling berisiko tertular Covid-19.
"Saat kita bertransisi untuk hidup dengan Covid-19, kami akan menambahkan opsi pengobatan baru yang inovatif ke gudang obat kami selain vaksin Covid-19," katanya.
Merck dan mitranya Ridgeback Biotherapeutics berencana untuk mencari otorisasi penggunaan darurat Amerika Serikat (AS) untuk pil tersebut sesegera mungkin dan untuk membuat aplikasi regulasi secara global.
Molnupiravir, yang dirancang untuk memasukkan kesalahan ke dalam kode genetik virus, akan menjadi obat antivirus oral pertama untuk Covid-19.
Pilihan pengobatan saat ini termasuk remdesivir antivirus Gilead Sciences dan deksametason steroid generik, keduanya umumnya diberikan hanya setelah pasien dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Berutang ke Lintah Darat, Pria di Malaysia Bakar Tiga Mobil Diduga untuk Uang Asuransi
As we transition to living with COVID, we will be adding new, innovative treatment options to our arsenal in addition to vaccines. I have already started negotiating for Malaysia to procure these effective drugs that have gone through clinical trials. https://t.co/DIpvi5oOWa
— Khairy Jamaluddin (@Khairykj) October 2, 2021
Tidak ada tanggapan segera atas permintaan untuk mengklarifikasi apakah negosiasi kementerian juga termasuk Gilead Sciences atau Pfizer, yang sedang mengembangkan pil antivirus dengan pembuat obat Swiss Roche Holding.
Amesh Adalja, seorang sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins, dikutip oleh newswire Reuters mengatakan bahwa antivirus oral yang dapat memengaruhi risiko rawat inap hingga tingkat seperti itu akan 'mengubah permainan.'
Khairy sebelumnya mengatakan otoritas kesehatan masyarakat sekarang akan bekerja untuk hidup dengan Covid-19 karena penyakit itu diperkirakan akan menjadi endemik, bergeser dari target awal untuk mencapai kekebalan kelompok.
Sebanyak 20.317.843 orang atau 86,8 persen dari populasi orang dewasa di Malaysia telah menyelesaikan vaksinasi Covid-19 mereka pada kemarin, hanya 3,2 persen lebih untuk mencapai 90 persen vaksinasi orang dewasa, menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan.
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Malay Mail
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.