WASHINGTON, KOMPAS.TV- Bank Dunia menyatakan, pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik berjalan lambat. Kesenjangan sosial di wilayah tersebut juga meningkat dan sulit dikurangi dalam waktu panjang.
Bank Dunia menyatakan, penyebaran virus Covid-19 varian Delta di 2021 adalah penyebabnya. Kawasan Asia Pasifik mencakup Jepang, Korsel, China, Asia Tenggara, India, Sri Lanka, Bangladesh, Nepal, Pakistan, Australia, Selandia Baru, Fiji, Tonga, Samoa, dan Kepulauan Solomon.
"Kerusakan yang diakibatkan oleh kebangkitan dan persistensi Covid-19 kemungkinan akan mengganggu pertumbuhan dan meningkatkan ketidaksetaraan dalam jangka panjang," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Manuela Ferro, dikutip dari Antara, Selasa (28/9/2021).
Dalam laporan terbaru berjudul 'World Bank East Asia and Pacific Fall 2021 Economic Update', disebutkan pertumbuhan ekonomi mulai melambat di kuartal II-2021. Proyeksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun juga akan lebih rendah dari perkiraan awal.
Baca Juga: Ada Skandal Penyimpangan Data, Bank Dunia Hentikan Laporan "Doing Business"
“Pemulihan ekonomi negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik menghadapi pembalikan nasib,” ujar Ferro.
Ekonomi China diramal akan tumbuh 8,5 persen tahun ini, sedangkan wilayah lainnya hanya bisa tumbuh 2,5 persen. Termasuk Indonesia.
“Padahal pada 2020 wilayah tersebut menahan COVID-19 sementara wilayah lain di dunia berjuang, peningkatan kasus Covid-19 pada 2021 telah menurunkan prospek pertumbuhan untuk tahun 2021," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Dunia Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo mengatakan, wilayah Asia Timur dan Pasifik bisa bangkit kembali. Dengan catatan, mampu memvaksinasi lebih dari 60 persen populasi mereka pada paruh pertama tahun 2022.
Hal itu tidak akan menghilangkan infeksi virus Covid-19, namun akan secara signifikan mengurangi angka kematian dan memungkinkan dimulainya kembali aktivitas perekonomian.
Baca Juga: Kepala Bappenas Cerita Sering Dikejar Bank Dunia Ditawari Utang
“Vaksinasi dan pengujian yang dipercepat untuk mengendalikan infeksi Covid-19 dapat menghidupkan kembali kegiatan ekonomi di negara-negara yang sedang berjuang pada paruh pertama 2022, dan menggandakan tingkat pertumbuhan mereka tahun depan,” jelas Mattoo.
“Tetapi dalam jangka panjang, hanya reformasi yang lebih dalam yang dapat mencegah pertumbuhan yang lebih lambat dan meningkatkan ketidaksetaraan, kombinasi pemiskinan yang belum pernah terjadi di kawasan ini dalam abad ini," imbuhnya.
Bank Dunia menyebutkan, kawasan tersebut perlu melakukan upaya seriu untuk menghadapi peningkatan virus corona.
Yaitu mengatasi keraguan vaksin dan keterbatasan kapasitas distribusi; meningkatkan pengujian dan penelusuran; peningkatan produksi vaksin regional; dan memperkuat sistem kesehatan lokal.
Baca Juga: Duh, Pemerintah Harus Keluar Duit Rp405 Triliun Cuma Buat Bayar Bunga Utang di 2022
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.