KABUL, KOMPAS.TV – Saat Amerika Serikat (AS) memperingati dua dekade tragedi 11 September 2001 yang dikenal dengan 9/11, Taliban mengibarkan bendera di istana kepresidenan di Kabul, Afghanistan, Sabtu (11/9/2021).
Perdana Menteri Taliban Mohammad Hasan Akhund mengibarkan bendera dalam upacara singkat pukul 11 siang waktu setempat untuk menandai dimulainya kerja pemerintahan sementara Afghanistan secara resmi.
Hal itu diungkap kepala multimedia komisi budaya Taliban Ahmadullah Muttaqi seperti dilansir dari Associated Press, Sabtu (11/9/2021).
Dua dekade lalu, Taliban memerintah Afghanistan dengan tangan besi.
Televisi dilarang, dan pada 11 September 2001, berita tentang serangan 9/11 di AS menyebar ke sudut-sudut jalan ibu kota Kabul yang gelap dan suram lewat radio.
Baca Juga: Saudara Mantan Wapres Afghanistan Ditembak Mati Taliban
Saat itu, Kabul hanya dihuni kurang dari 1 juta warga. Kota itu juga jarang memiliki aliran listrik.
Dalam dua bulan pasca 9/11, pasukan koalisi dipimpin AS berhasil mengusir Taliban keluar Kabul.
Pada 7 Desember 2001, Taliban dikalahkan dan terpaksa angkat kaki dari benteng terakhir sekaligus tanah spiritual mereka di Kandahar di selatan Afghanistan.
Kini, dua puluh tahun kemudian, Taliban kembali ke Kabul.
Amerika telah pergi, mengakhiri ‘perang selamanya’ dua pekan sebelum peringatan 9/11, dan dua pekan setelah Taliban kembali ke ibu kota Afghanistan pada 15 Agustus.
Baca Juga: Kabur dari Taliban, Mantan Komandan Pasukan Khusus Afghanistan Malah Ditangkap Polisi di Inggris
Sementara itu dalam kesempatan terpisah, direktur pendidikan tinggi Taliban Maulvi Mohammad Daoud Haqqani mengomentari 9/11.
“11 September adalah hari saat dunia memulai propaganda melawan kami dengan menyebut kami sebagai teroris dan menyalahkan kami atas serangan di AS,” ujarnya di Universitas Kabul.
Atta Zakiri, seorang aktivis masyarakat sipil Afghanistan, juga menyebut AS telah salah menyerang Afghanistan pasca 9/11.
Menurutnya, invasi AS ke Afghanistan pasca 9/11 justru menciptakan generasi para petempur garis keras Taliban yang baru.
“Taliban seharusnya dibiarkan tinggal di Afghanistan. Mengapa kami tidak bekerja sama dengan mereka? Mereka (AS) malah berperang,” ujarnya.
“Dan sekarang, kami kembali ke kondisi kami 20 tahun lalu.”
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.