KIRKUK, KOMPAS.TV - Tiga belas polisi Irak tewas dalam serangan kelompok Negara Islam (ISIS) terhadap sebuah pos pemeriksaan di utara negara itu pada Minggu pagi (05/09/2021), kata sumber keamanan dan medis seperti dilansir Straits Times, Minggu (05/09/2021).
Serangan itu terjadi di wilayah Al-Rashad sekitar 65 km selatan kota Kirkuk, terjadi tepat setelah tengah malam, kata seorang perwira polisi senior Irak.
"Anggota organisasi Negara Islam menargetkan pos pemeriksaan polisi federal," kata petugas yang tidak mau disebutkan namanya itu, seraya menambahkan, "Tiga belas tewas dan tiga terluka di antara pasukan keamanan."
Sebuah sumber medis yang berbasis di Kirkuk memastikan jumlah korban, namun hingga Minggu malam belum ada klaim siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Kelompok Negara Islam ISIS atau ISIL merebut sebagian besar Irak dan Suriah dalam serangan kilat pada tahun 2014, sebelum dipukul mundur oleh kampanye kontra-pemberontakan yang didukung oleh koalisi militer yang dipimpin Amerika Serikat.
Pemerintah Irak menyatakan berhasil mengalahkan mereka pada akhir 2017, tetapi kelompok tersebut mempertahankan sel-sel tidur yang terus menyerang pasukan keamanan dengan serangan asimetris.
Sel-sel militan secara teratur menargetkan tentara dan polisi Irak di Irak utara, tetapi serangan ini adalah salah satu yang paling mematikan tahun ini.
Baca Juga: Pakistan Serbu Persembunyian ISIS di Quetta, 11 Terduga Teroris Tewas dalam Baku Tembak
Sebuah pemboman 19 Juli yang diklaim oleh ISIS secara resmi menewaskan 30 orang di pasar Al-Woheilat di Kota Sadr, pinggiran kota Syiah di Baghdad, ibu kota Irak.
Pasukan koalisi internasional di Irak saat ini berjumlah sekitar 3.500, di mana 2.500 di antaranya adalah tentara AS.
Tetapi Washington menarik kehadiran militernya di tengah serangan terhadap fasilitas yang digunakannya oleh kelompok-kelompok bersenjata yang bersekutu dengan Iran.
Baca Juga: Terinspirasi ISIS, Seorang Pria Sri Lanka Tikam Enam Orang di Auckland
Dikatakan, mulai tahun depan peran pasukan Amerika Serikat akan terbatas pada fungsi pelatihan dan penasihat militer rekan-rekan Irak mereka.
Minggu lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi Kurdistan Irak dan menyatakan keprihatinan tentang "kebangkitan" IS di Irak dan Suriah.
Dia juga mengatakan bahwa tentara Prancis yang dikerahkan di Irak sebagai bagian dari koalisi internasional akan tetap berada di negara itu, tidak peduli pilihan apa yang dibuat Amerika Serikat.
Sumber : Kompas TV/Straits Times/France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.