MANILA, KOMPAS.TV - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memutuskan melonggarkan pembatasan sosial di daerah Ibu Kota, meski kasus positif Covid-19 memecahkan rekor.
Pelonggaran tersebut akan mulai diberlakukan pada Sabtu (21/8/2021).
Hal itu dilakukan Duterte demi mengembalikan aktivitas ekonomi negara tersebut.
Namun keputusan itu menimbulkan ketakutan di antara petugas kesehatan yang kewalahan dengan terus meningkatnya angka positif Covid-19 di Filipina.
Baca Juga: Mengenal ZyCov-D, Vaksin Covid-19 Berbasis DNA dengan Tiga Kali Suntikan yang Baru Disetujui India
Dikutip dari Al-Jazeera, Departemen Kesehatan Filipina mengonfirmasikan pada Jumat (20/8/2021), terdapat tambahan 17.231 kasus baru.
Itu merupakan rekor kasus positif harian terbesar sejak pandemik dimulai tahun lalu.
Selain itu juga dilaporkan terjadi 317 kematian karena Covid-19, yang merupakan kematian harian tertinggi dalam empat bulan.
Secara keseluruhan Filipina memiliki 1,8 juta kasus Covid-19 dengan 31.198 kematian.
Mereka pun menjadi salah satu negara dengan angka positif Covid-19 terbesar di Asia.
Wilayah Ibu Kota, yang terdiri dari 16 kota dengan lebih dari 13 juta orang akan ditempatkan pada level pembatasan virus Corona kedua.
Menurut Juru Bicara Kepresiden Herry Roque, hal itu dilakukan setelah diberlakukan lockdown sejak 6 Agustus lalu.
“Klasifikasi terbaru ini tanpa mengurangi prasangka atas penerapan ketat dari lockdown secara lokal,” tutur Roque dikutip dari Euronews.
Pelonggaran ini akan akan memperbolehkan pengoperasian kapasitas lebih tinggi di beberapa bisnis.
Baca Juga: Taliban Eksekusi Mati Kepala Polisi Afghanistan, Menyerah Setelah Dikepung
Namun, kegiatan di dalam ruangan, layanan makan di tempat dan perkumpulan keagamaan tetap dilarang.
Meski begitu, pekerja kesehatan dan para ahli kahwatir dengan keputusan tersebut mengingat meningkatnya varian delta.
“Kami mungkin harus menderita atas konsekuensi karena keputusan salah itu, karena prinsip fundamental adalah mengurangi pergerakan virus ini dengan karantina yang lebih ketat,” ujar mantan Penasihat Kesehatan Duterte, Dr. Tony Leachon.
Sumber : Euronews/Al-Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.