Kompas TV internasional kompas dunia

Jusuf Kalla: Amerika Bisa Menang Perang Dunia, tapi Tak Bisa Lawan Gerilya Taliban

Kompas.tv - 16 Agustus 2021, 23:37 WIB
jusuf-kalla-amerika-bisa-menang-perang-dunia-tapi-tak-bisa-lawan-gerilya-taliban
Petempur kelompok Taliban di jalanan provinsi Laghman, Afghanistan, 15 Agustus 2021 (Sumber: Straits Times via AFP)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, pasukan Amerika mengundurkan diri dari Afghanistan karena tak mampu mengalahkan Taliban yang menerapkan perang gerilya.

JK mengakui Amerika berhasil menang di dua Perang Dunia. Namun, sejarah menunjukkan Amerika kerap kalah dalam berbagai perang gerilya.

“Kalau kita lihat sejarah, Amerika itu bisa memenangkan Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua. Tapi mereka tak bisa menang, kalau lawannya gerilya seperti di Vietnam, Somalia Afrika, Irak, dan Afghanistan sekarang,” kata Jusuf Kalla dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Senin (16/7/2021).

Baca Juga: Jusuf Kalla Beberkan Strategi Cerdik Taliban hingga Dapat Rebut Afghanistan dengan Cepat

Menurut JK, pasukan Taliban memanfaatkan wilayah Afghanistan yang berisi banyak dataran tinggi. 

“Amerika tidak bisa juga mengawasi seluruh negara itu yang berpenduduk 38 juta dengan daerah gunung-gunung. Pemerintah Afghanistan kan menguasai kota-kota. Tapi, daerah-derah itu dikuasai tetap oleh Taliban,” beber JK.

Sejak 2001 menyerang Afghanistan, Amerika akhirnya mengundurkan diri setelah menghabiskan begitu banyak anggaran.

“Karena itu 20 tahun tidak bisa kalahkan Taliban, maka mereka mengundurkan diri. Mereka tidak tahu berperang di negeri orang untuk apa,” ujar JK.

Meski begitu, perlu dicatat bahwa korban banyak berjatuhan di kedua belah pihak. Korban dalam perang ini adalah warga dan tentara Afghanistan.

Melansir Associated Press, sebanyak 47.245 jiwa warga sipil Afghanistan meninggal akibat perang.

Sementara, total ada 66 ribu tentara Afghanistan, 2.448 tentara Amerika, dan 1.144 pasukan NATO yang tewas selama perang 20 tahun itu.

Di sisi lain, sejumlah 51.191 pasukan Taliban tewas dalam Perang Afghanistan. Angka-angka korban tewas itu belum menghitung petugas palang merah hingga jurnalis asing.

Amerika pun menghabiskan 2 triliun dollar AS untuk Perang Afghanistan dan Perang Irak. Namun, Amerika masih berutang untuk membiayai perang dan berbagai kewajiban lain bagi tentara veteran Afghanistan dan Irak.

Baca Juga: Bandara Kabul Makin Kusut, Ribuan Merangsek Ingin Keluar Afghanistan, Naik ke Atas Badan Pesawat

Jusuf Kalla menyebut, ini semua bermula pada 2001 saat Amerika menggaungkan perang terhadap teror.

“Pada 2001, Amerika menyerang Afghanistan, utamanya Taliban, karena mereka menyembunyikan Osama bin Laden,” ujar JK.

Masa Depan Afghanistan

Kini, setelah Amerika Serikat pergi, sebagian warga Afghanistan harus merasakan ketakutan akibat trauma pada Taliban.

“Taliban pernah memerintah pada 1996 sampai 2001. Itu mereka sangat keras, sangat otoriter. Sehingga, saya kira rakyat Afghanistan sangat trauma dengan pemerintahan itu,” kata Jusuf Kalla.

Ketika Taliban memerintah, pemerintahan mereka bergerak dengan fondasi Islam Radikal. Perempuan dan anak-anak tak bisa bersekolah dan dibatasi kegiatannya.

Meski begitu, Jusuf Kalla yakin Taliban dapat berubah saat kembali berkuasa. Sebabnya, Taliban perlu bantuan negara lain untuk mengembangkan ekonomi mereka.

“Hampir seluruh negara sekarang menunggu dan melihat. Apakah benar janji Taliban memberi kesempatan pada perempuan dan anak sekolah atau ekonomi mereka terbuka,” kata Jusuf Kalla.

JK menduga, China akan mendekati Taliban untuk menawarkan investasi ke Afghanistan.

Baca Juga: Taliban Ambil Alih Pemerintahan Afghanistan, Jusuf Kalla: Taliban Ubah Pendekatan ke Masyarakat

 

 




Sumber : Kompas TV/Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x