JAKARTA, KOMPAS.TV - Pembangunan proyek pariwisata Indonesia di Taman Nasional Komodo akan terus dilanjutkan, meski UNESCO telah memperingatkan rencana tersebut bisa berdampak negatif terhadap lingkungan.
Pekerjaan konservasi dan proyek pariwisata di Taman Nasional Komodo Indonesia, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO yang dimulai tahun lalu, memicu kekhawatiran pemerhati di luar negeri tentang ancaman terhadap ekonomi lokal dan ancaman terhadap habitat alami komodo yang rapuh.
Bulan lalu, dalam konferensi Komite Warisan Dunia, pejabat dari UNESCO mengatakan proyek tersebut memerlukan penilaian dampak lingkungan yang baru atas masalah penangkapan ikan ilegal dan potensi risiko terhadap habitat alami komodo.
Namun pemerintah Indonesia memastikan kekhawatiran tersebut tidak terbukti.
"Proyek ini akan dilanjutkan. (Karena) terbukti tidak berdampak," kata Wiratno, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, seperti dilansir Straits Times, Kamis (05/08/2021).
Pejabat UNESCO mengaku telah meminta penilaian terbaru dari pemerintah Indonesia tetapi tidak mendapat tanggapan.
Sementara menurut Wiratno, penilaian atau assessment yang baru saat ini sedang disusun dan akan dikirim pada bulan September.
Wiratno memastikan proyek pembangunan pariwisata di Taman Nasional Komodo tersebut, terutama mencakup pekerjaan renovasi pada struktur yang sudah ada, tidak menimbulkan bahaya bagi komodo.
Hal tersebut terungkap dalam dokumen Komite Warisan Dunia UNESCO bernomor WHC/21/44.COM/7B yang diterbitkan setelah konvensi online pada 16-31 Juli 2021.
Wiratno mengatakan, pemerintah sudah memenuhi permintaan dari UNESCO untuk memperbaiki dokumen Enviromental Index Assesment (EIA) atau AMDAL proyek pariwisata di Pulau Rinca, yang merupakan bagian dari Taman Nasional Komodo.
"Posisinya (EIA) sudah final dan akan segera dikirimkan kepada Komite Warisan Dunia," kata Wiratno saat dihubungi Kompas.com, Senin (02/08/2021) malam.
Baca Juga: UNESCO Desak Pembangunan Geopark Taman Nasional Komodo Dihentikan, Begini Jawaban Pemprov NTT
Wiratno menambahkan, pihaknya juga berencana mengundang perwakilan dari UNESCO untuk datang dan meninjau langsung ke lokasi.
"Mereka (UNESCO) ingin saya ajak nanti, Agustus atau September, berkunjung sendiri, melihat dan menyaksikan sendiri," kata Wiratno seperti dilansir Kompas.com, Rabu, (04/08/2021)
Wiratno mengatakan, yang menjadi kekhawatiran utama dari UNESCO adalah dampak pembangunan proyek pariwisata terhadap Nilai Universal yang Luar Biasa (OUV) yang ada di Taman Nasional Komodo, yakni kelestarian satwa langka komodo.
Wiratno mengklaim, pembangunan proyek pariwisata yang saat ini tengah dikerjakan justru akan berdampak positif terhadap upaya konservasi komodo.
"Kita memantau. Pembangunan sarana-prasarana (pariwisata) itu kan sebetulnya di wilayah yang dulu ada sarana-prasarananya tapi ditingkatkan," ujar Wiratno.
"Yang dibangun kan dermaganya. Pengunjung nanti akan langsung berjalan di atas elevated deck, di atas tanah semua, menuju ke satu pusat informasi. Jadi di situ, orang nantinya bisa melihat komodo dari jauh," lanjutnya.
Menurut Wiratno, pembangunan proyek pariwisata di Taman Nasional Komodo (TNK) tidak berdampak besar terhadap upaya konservasi yang selama ini sudah berlangsung.
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.