KABUL, KOMPAS.TV – Taliban bersikeras bahwa perdamaian tak akan terwujud di Afghanistan sampai Presiden Ashraf Ghani lengser dan ada pemerintahan baru di Kabul.
Hal ini diungkap juru bicara Taliban, Suhail Shaheen, seperti dilansir dari Associated Press pada Jumat (23/7/2021).
Shaheen menyatakan, Taliban akan meletakkan senjata mereka jika pemerintahan Ghani lengser dan digantikan oleh pemerintahan baru di Kabul yang diterima seluruh kalangan yang terlibat dalam konflik.
“Saya ingin memperjelas bahwa kami tidak percaya pada monopoli kekuasaan karena semua pemerintahan yang hendak memonopoli kekuasaan di Afghanistan di masa lalu, merupakan pemerintahan yang gagal,” ujar Shaheen. Ini tampaknya juga termasuk pemerintahan Taliban selama 5 tahun di Afghanistan.
Baca Juga: Militer AS Lakukan Serangan Udara ke Taliban, Bentuk Dukungan untuk Tentara Afghanistan
“Jadi, kami tidak mau mengulangi formula yang sama,” tegas Shaheen dalam wawancara dengan Associated Press.
Tak mau berkompromi dengan pemerintahan Ghani, Shaheen menuding Ghani sebagai penjual perang. Shaheen juga mengklaim bahwa Ghani menggunakan pidatonya pada hari raya kurban Iduladha pada Selasa (22/7/2021) untuk menjanjikan serangan terhadap Taliban.
Shaheen yang menolak pemerintahan Ghani, sempat menuduh Ghani melakukan kecurangan dalam kemenangannya pada pemilihan pada 2019 lalu. Setelah pemungutan suara, baik Ghani dan rivalnya, Abdullah Abdullah, saling mendeklarasikan diri sebagai presiden.
Setelah berkompromi mencapai kesepakatan, Abdullah kini menjadi orang nomor 2 di pemerintahan, dan mengepalai dewan rekonsiliasi.
Baca Juga: Taliban Bantah Eksekusi Mati 22 Tentara Afghanistan Meski Ada Rekaman Video dan Menyebutnya Palsu
Akhir pekan lalu, Abdullah memimpin delegasi tingkat tinggi ke Doha, Qatar untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Taliban. Pertemuan itu diakhiri dengan janji gelaran pembicaraan lebih lanjut dan perlindungan lebih besar terhadap rakyat sipil dan infrastruktur.
Shaheen menyebut pembicaraan itu sebagai awal yang baik. Namun, tegasnya, permintaan gencatan senjata selama Ghani masih berkuasa sama saja meminta penyerahan diri Taliban.
“Mereka tidak ingin rekonsiliasi, tapi penyerahan diri,” kata Shaheen.
Sebelum gencatan senjata apa pun, kata Shaheen, “Harus ada kesepakatan soal pemerintahan baru yang dapat diterima oleh kami dan rakyat Afghanistan lainnya. Setelah itu, baru tidak akan ada perang.”
Lebih lanjut Shaheen memaparkan, di bawah pemerintahan baru ini, perempuan akan diperbolehkan bekerja, sekolah dan berpartisipasi dalam politik. Namun, mereka harus mengenakan hijab, atau kerudung kepala. Perempuan juga tak diwajibkan didampingi oleh kerabat lelaki saat meninggalkan rumah.
Para komandan Taliban di distrik-distrik yang dikuasai juga telah diperintahkan untuk tetap membiarkan universitas, sekolah dan pasar beroperasi seperti semula, termasuk dengan partisipasi perempuan dan gadis.
Baca Juga: Viral Video Taliban Eksekusi 22 Tentara Komando Afghanistan yang Sudah Menyerah
Kendati begitu, beredar laporan dari sejumlah distrik yang jatuh ke tangan Taliban bahwa Taliban memberlakukan pembatasan ketat terhadap perempuan. Taliban juga dikabarkan membakar sekolah-sekolah. Sebuah video yang viral juga menunjukkan Taliban menembaki puluhan tentara komando Afghanistan yang menyerah di utara Afghanistan.
Shaheen menyatakan, Taliban tak berencana merebut Kabul dengan operasi militer. Namun, ia menekankan, Taliban bisa melakukan itu, mengingat banyak distrik di Afghanistan telah dikuasai Taliban.
Shaheen juga menegaskan, keberhasilan Taliban menguasai mayoritas distrik tak melulu melalui perang, tapi juga negosiasi.
“Distrik-distrik yang jatuh ke tangan kami dan pasukan militer yang bergabung dengan kami, (sebagian besar) melalui mediasi, pembicaraan,” katanya.
“Distrik-distrik itu tidak jatuh ke tangan kami lewat peperangan. Sebab, sangat sulit bagi kami untuk merebut 194 distrik hanya dalam 8 minggu,” katanya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.