PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV – Penangkapan Christian Emmanuel Sanon (62), tersangka yang diduga menjadi dalang pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise membuat misteri kasus itu kian rumit.
Fakta baru pun terungkap dan diduga ada sutradara lain yang memanfaatkan Sanon.
Sanon diketahui sempat mengungkapkan keinginannya untuk memimpin Haiti dalam unggahan video di YouTube. Namun, Sanon ternyata tak dikenal dalam lingkaran politik Haiti.
Sanon diduga dimanfaatkan oleh sosok lain yang menjadi otak serangan yang menewaskan Moise dan melukai Martine istrinya.
Seorang sumber, teman Sanon yang menolak menyebutkan identitasnya atas alasan keamanan, mengatakan, Sanon adalah seorang pastor Kristen evangelis dan seorang dokter berlisensi di Haiti, dan bukan di Amerika Serikat (AS).
Melansir Associated Press pada Selasa (13/7/2021), Sanon menceritakan padanya bahwa ia didekati oleh orang-orang yang mengaku mewakili Departemen Kehakiman dan Luar Negeri AS yang hendak mengangkatnya menjadi presiden.
Baca Juga: Ini Dugaan Motif Politik di Balik Pembunuhan Presiden Haiti
Menurut sang sumber, rencana semula adalah menangkap Moise, dan bukan membunuhnya. Sebab, katanya, Sanon tak mau terlibat jika ia tahu bahwa Moise akan dibunuh.
“Saya jamin itu,” tekannya. “Ini seharusnya menjadi sebuah misi untuk menyelamatkan Haiti dari nereka, dengan dukungan dari pemerintah AS.”
Baca Juga: Amerika Serikat Pertimbangkan Permintaan Haiti Untuk Kirim Tentara
Pendeta Larry Caldwell, seorang pastor Florida, mengamini pernyataan itu. Caldwell mengaku pernah bekerja sama dengan Sanon mendirikan sejumlah gereja dan klinik medis di Haiti dari tahun 2000 hingga 2010. Ia tak percaya Sanon terlibat dalam aksi kekerasan.
“Saya tahu karakternya,” ujar Caldwell. “Anda mau mengatakan bahwa ia terlibat dalam kejahatan pembunuhan brutal, dan akan mengirimnya ke lubang neraka?! Jika ada satu orang yang bersedia diperlakukan seperti itu demi membantu negaranya, dia adalah Christian.”
Baca Juga: Hakim Ungkapkan Presiden Haiti Sempat Disiksa dan Ditembak Belasan Kali Sebelum Dibunuh
Kepala kepolisian Haiti, Leon Charles, menyatakan, para tersangka pembunuh Moise bertugas melindungi Sanon.
Sanon sendiri dituding bekerja sama dengan para tersangka dalam merencanakan pembunuhan Moise.
Seorang pejabat penegak hukum narkoba AS (DEA) mengungkap, salah seorang tersangka pembunuh Moise merupakan sumber rahasia badan tersebut.
Usai pembunuhan Moise, si tersangka menghubungi kontaknya di DEA, tapi didesak untuk menyerahkan diri.
Menurut sang pejabat, DEA dan Departemen Luar Negeri AS menyediakan informasi yang menuntun pada penangkapan dan penyerahan diri seorang tersangka dan seorang lainnya yang tidak diidentifikasi.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Kolombia, Jenderal Jorge Luis Vargas mengatakan, perusahaan keamanan CTU yang berbasis di Florida, AS, menggunakan kartu kredit perusahaan untuk membeli 19 tiket pesawat dari Bogota ke Santo Domingo bagi para tersangka warga Kolombia.
Sebagian besar tiba di Republik Dominika pada Juni, kata Vargas, dan bergerak ke Haiti dalam hitungan minggu.
Baca Juga: Haiti Minta Perlindungan Internasional, Ini Fakta Sejarah Mengerikan Haiti yang Terulang Lagi
Menurut Vargas, kepala keamanan umum di Istana Nasional Haiti, Dimitri Herard, terbang ke Kolombia, Ekuador dan Panama beberapa bulan sebelum pembunuhan.
Polisi Kolombia tengah menyelidiki apakah ia berperan dalam merekrut para tentara bayaran itu. Di Haiti, jaksa juga berencana menginterogasi Herard terkait kasus pembunuhan Moise.
Sanon, kata Charles, berhubungan dengan CTU, dan perusahaan keamanan itu merekrut para tersangka pembunuhan.
Menurut Charles, Sanon terbang ke Haiti pada Juni menggunakan sebuah pesawat jet pribadi ditemani beberapa tersangka.
Misi awal para tersangka adalah untuk melindungi Sanon. Namun, mereka kemudian menerima perintah baru untuk menangkap Presiden Haiti.
Sanon sempat mempertanyakan mengapa tim keamanan yang mendampinginya ke Haiti seluruhnya orang Kolombia.
Menurut sumber teman Sanon, Sanon lalu diberi jawaban bahwa orang Haiti tak bisa dipercaya dan sistem negara itu korup.
Beberapa hari sebelum pembunuhan, Sanon sempat menelepon sang teman dari Haiti dan mengungkap bahwa seluruh tim keamanan Kolombia-nya telah menghilang.
“Saya sendirian. Siapa orang-orang ini? Saya tak tahu apa yang mereka kerjakan,” ujar sang sumber mengutip pernyataan Sanon.
“Sanon benar-benar seorang yang mudah tertipu,” ujar sang teman. “Ia yakin Tuhan akan menyelamatkan segalanya.”
Baca Juga: Salah Satu Tersangka Pembunuh Presiden Haiti Pernah Kerja Bareng Aktor Hollywood Sean Penn
Sanon sempat tinggal di Broward County di Florida dan di Hillsborough County di Pantai Teluk, Amerika Serikat (AS). Ia juga tercatat pernah tinggal di Kansas, Missouri.
Ia mengajukan kebangkrutan pada tahun 2013 dan menyebut dirinya seorang dokter dalam unggahan video di YouTube bertitel “Kepemimpinan untuk Haiti”.
Saat bangkrut, Sanon dan istrinya melaporkan pendapatan sebesar USD5.000 per bulan, dan sebuah rumah di Brandon, Florida senilai sekitar USD143.000 (atau setara Rp2 miliar), dengan hipotek lebih dari USD367.000 (atau setara Rp5,3 miliar).
Seorang wali kebangkrutan kemudian memutuskan mereka telah menyembunyikan kepemilikan atas lahan seluas 35 hektar di Haiti dari kreditur.
Catatan Florida menunjukkan bahwa Sanon memulai sekitar 12 bisnis selama 20 tahun belakangan, dan semuanya gagal.
Bisnis-bisnis tersebut berkaitan dengan pencitraan medis, terapi fisik, perdagangan bahan bakar fosil, real estat dan veganisme.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.