YANGON, KOMPAS.TV - Pihak berwenang Myanmar membebaskan lebih dari 2.000 pengunjuk rasa antikudeta dari penjara di seluruh negeri pada Rabu (30/6/2021), termasuk wartawan lokal yang dipenjara setelah melaporkan secara kritis tindakan keras berdarah oleh junta.
Myanmar telah diguncang oleh protes besar-besaran serta respons brutal dari militer sejak kudeta pada Februari lalu yang menggulingkan Aung San Suu Kyi dan pemerintahannya.
Lebih dari 880 warga sipil telah tewas dalam tindakan keras oleh Dewan Administrasi Negara - sebagaimana junta menyebutnya sendiri - dan hampir 6.500 ditangkap, menurut kelompok pemantau lokal.
Dilansir dari AFP, setelah pihak berwenang mengumumkan pembebasan itu, setidaknya 200 orang berkumpul di luar penjara Insein era kolonial di Yangon. Mereka berharap orang yang dicintainya dibebaskan.
Kerumunan tersebut mendorong barikade dan banyak yang memegang payung untuk berlindung dari hujan yang turun.
Salah seorang pria yang dibebaskan terlihat menunggu putrinya dan salah seorang pengunjuk rasa mengaku bangga dengan apa yang ditunjukkan orang yang telah dibebaskan oleh junta tersebut.
Baca Juga: Khawatir Nyawa Terancam, 11 Diplomat Myanmar di AS dan Swiss Menolak Pulang
"Saya akan mendorongnya untuk berjuang sampai mereka menang," katanya kepada AFP.
Pada malam hari, total 2.296 pengunjuk rasa telah dibebaskan dari penjara di seluruh negeri katabtim informasi junta dalam sebuah pernyataan.
Ketika bus-bus keluar dari Insein untuk membawa para tahanan ke kantor polisi setempat di mana mereka akan dibebaskan, mereka yang berada di dalam bus memberikan salam tiga jari -- simbol protes yang populer -- melalui jendela.
Di daerah lain, media lokal menerbitkan gambar yang menunjukkan truk keluar dari kota utara Myitkyina, juga membawa tahanan.
Menurut media tersebut, jurnalis Kay Zon Nway dari Myanmar Now termasuk di antara mereka yang dibebaskan dari Insein.
Dia mengatakan telah mengalami banyak hal di penjara terkenal itu, tetapi menambahkan bahwa dia akan menjelaskannya nanti.
Baca Juga: Demo Kudeta Militer Myanmar Sambil Bawa Obor
Sementara itu, wartawan Amerika Serikat Danny Fenster yang ditahan di penjara yang pada 24 Mei tidak terlihat setelah salah satu sumber anonim mengatakan tidak ada orang asing di antara mereka yang dibebaskan dari Insein pada Rabu.
Ye Myo Khant, seorang jurnalis foto berusia 20 tahun untuk Myanmar Press Agency akhirnya juga dibebaskan pada Rabu setelah ditahan selama 120 hari.
"Saya sedang melaporkan ketika mereka menangkap saya secara tidak adil," katanya.
Meski pembebasan tersebut disambut oleh para keluarga pihak yang ditahan, menurut Richard Horsey -penasihat senior Myanmar untuk International Crisis Group mengatakan bahwa hal tersebut tidak akan menumpulkan perlawanan rakyat terhadap kekuasaan militer.
"Mereka seharusnya tidak pernah ditahan. Kita juga harus ingat bahwa beberapa dari orang-orang ini telah menghadapi interogasi dan penyiksaan brutal yang akan meninggalkan kerusakan abadi, terlihat dan tidak terlihat."
Pada Februari, junta membebaskan sekitar 23.000 tahanan, dengan beberapa kelompok hak asasi pada saat itu khawatir langkah itu akan membebaskan ruang bagi penentang militer serta menyebabkan kekacauan di masyarakat.
Baca Juga: Remaja Tewas Kena Ranjau Darat yang Dipasang Junta Militer Myanmar
Pemimpin terguling Suu Kyi, yang berada dalam tahanan rumah sejak kudeta, meminta rakyat Myanmar untuk tetap "bersatu" dalam menghadapi kekuasaan militer, kata pengacaranya Selasa lalu saat dia muncul kembali di pengadilan junta.
Peraih Nobel dan putri pahlawan kemerdekaan Jenderal Aung San tersebut belum muncul ke dunia luar kecuali beberapa kali hadir di ruang sidang.
Suu Kyi yang berusia 76 tahun telah dikenai serangkaian tuduhan eklektik. Dia bisa menghadapi lebih dari satu dekade penjara jika terbukti bersalah dalam semua hal.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.