MANAS, KOMPAS.TV - Selusin babi terkecil di dunia kembali pulang ke habitat aslinya di alam liar, di timur laut India bagian dari program konservasi untuk meningkatkan populasi spesies unik yang pernah dianggap punah.
Seperti dilansir Straits Times, Minggu, (27/06/2021), Babi kerdil atau Babi Pygmi, yang memiliki nama ilmiah Porcula salvania, hidup di padang rumput yang tinggi dan basah dan hidup di dataran perbukitan Himalaya di India, Nepal, dan Bhutan.
Populasinya menurun tahun 1960-an, yang menyebabkan kekhawatiran spesies babi mini ini punah, sampai ditemukan kembali di negara bagian Assam di timur laut India pada tahun 1971, kata para konservasionis.
Pada tahun 1993, babi kerdil ini hanya ditemukan di beberapa kantong Taman Nasional Manas Assam, yang berbatasan dengan Bhutan.
Program Konservasi Babi Pygmy, yang melibatkan beberapa organisasi termasuk dari pemerintah negara bagian dan nasional, membentuk skema penangkaran dengan enam babi pada tahun 1996 untuk mencoba dan menghidupkan kembali populasi mereka.
"Kali ini kami melepaskan 12 babi kerdil termasuk tujuh jantan dan lima betina," kata ilmuwan lapangan program Dhritiman Das kepada Agence France-Presse, di lokasi pelepasliaran di Taman Nasional Manas, Sabtu (26 Juni).
Delapan dari babi tersebut dilepasliarkan di Manas Selasa lalu dan empat lagi hari Sabtu kemarin, dan sekitar 14 dilepaskan tahun lalu.
Baca Juga: Duterte: Kalau Tolak Vaksin Covid-19, Saya Suntik Vaksin Babi!
Program ini merawat sekitar 70 babi kerdil di penangkaran dan membiakkan lebih banyak lagi untuk dilepaskan.
Pelepasliaran minggu lalu membuat jumlah babi yang diperkenalkan kembali ke alam liar oleh program menjadi 142 ekor.
Populasi babi kerdil di alam liar saat ini diperkirakan kurang dari 250 ekor, kata para konservasionis.
Baca Juga: BKSDA Jambi Lepas Liarkan Buaya Sinyulong
"Dalam empat tahun ke depan, kami menargetkan untuk melepaskan 60 babi. Sehingga mereka dapat membangun populasi mereka sendiri di alam liar," tambah Das.
Program ini juga berupaya merehabilitasi padang rumput yang menjadi rumah bagi babi-babi kecil ini, yang tingginya sekitar 25 cm dan panjang 65 cm serta beratnya hanya sekitar 8-9 kg.
Kelangsungan hidup spesies ini terancam karena habitat alaminya hilang dan terdegradasi akibat aktivitas manusia seperti pemukiman dan pertanian, dan pengelolaan yang tidak tepat dari daerah tersebut, kata para ahli.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.