HONG KONG, KOMPAS.TV – Pemerintah China mengatakan pada Selasa (15/6/2021), tak ada radiasi abnormal yang terdeteksi di luar reaktor nuklir di dekat Hong Kong.
Melansir Associated Press, pernyataan ini dilontarkan menyusul kabar yang menyebut adanya kebocoran pada reaktor nuklir China yang terletak di dekat Hong Kong itu.
Pemerintah Hong Kong menyatakan akan mengawasi reaktor nuklir itu. Menurut Observatori Hong Kong, tingkat radiasi pada Selasa (15/6/2021) terbilang normal di Hong Kong.
Operator reaktor nuklir merilis sejumlah rincian. Namun menurut para pakar nuklir, berdasarkan pernyataan singkat mereka, kemungkinan gas bocor dari batang bahan bakar di dalam reaktor yang terletak di Taishan, sekitar 135 kilometer di barat Hong Kong itu.
Baca Juga: Korea Selatan Akan Tuntut Jepang karena Buang Air Limbah Radioaktif Nuklir ke Samudera Pasifik
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian tidak mengonfirmasikan adanya kebocoran atau rincian lainnya.
“Tak ada yang abnormal yang terdeteksi pada tingkat radiasi di sekeliling reaktor,” katanya menjawab pertanyaan para wartawan.
Framatome, perusahaan Prancis yang membantu mengelola Reaktor Nuklir Taishan di provinsi Guangdong, menyatakan pada Senin (14/6/2021) bahwa reaktor itu tengah menangani masalah kinerja.
Fasilitas reaktor, kata Framatome, beroperasi dalam batas aman.
Baca Juga: Perjanjian dengan Iran Berakhir, IAEA Tak Bisa Lagi Pantau Fasilitas Nuklir Iran
Pernyataan itu menyusul laporan CNN bahwa Framatome telah menginformasikan pada otoritas Amerika Serikat (AS) tentang adanya kemungkinan kebocoran.
“Sehubungan dengan laporan media siang tentang reaktor nuklir di Taishan, Guangzhou, pemerintah Hong Kong sangat mementingkan hal ini,” ujar Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam. "Kami sangat prihatin," sambungnya.
Pemerintah Hong Kong, kata Lam, akan bertanya lebih jauh pada otoritas di Guangdong dan akan menginformasikan setiap perkembangan pada khalayak.
China merupakan salah satu pengguna reaktor nuklir terbesar. China tengah membangun lebih banyak reaktor saat sejumlah pemerintah negara lain justru membangun fasilitas baru lain karena biaya tenaga surya, angin, dan energi alternatif lain, menurun.
Baca Juga: Nuklirnya Dianggap Ancaman, Korea Utara Tuding Joe Biden Tetap Ingin Bermusuhan
Para pemimpin China melihat tenaga nuklir sebagai jalan untuk mengurangi polusi udara dan permintaan impor minyak dan gas, yang mereka anggap sebagai risiko keamanan.
Pemerintah berencana meminta Hong Kong agar menggunakan lebih banyak tenaga nuklir daratan untuk memungkinkan penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara.
Reaktor Taishan, yang memulai operasi komersial pada Desember 2018, dimiliki oleh Guangdong Nuclear Power Group China dan Electricite de France (EDF), pemilik mayoritas Framatome. Reaktor kedua mulai beroperasi pada September 2019.
Kedua reaktor itu merupakan yang pertama dari tipe baru Reaktor Bertekanan Eropa. Dua reaktor lain juga tengah dibangun di Finlandia dan Prancis.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.