VENESIA, KOMPAS.TV – Kapal pesiar pertama yang lepas sauh di Venesia, Italia sejak pandemi Covid-19 pada Sabtu (5/6/2021), disambut gembira sekaligus dikecam.
Para pekerja pelabuhan menyambut gembira karena nadi perekonomian kembali berdenyut, sementara ratusan warga Venesia yang menggelar aksi unjuk rasa, menentang kapal pesiar raksasa itu melintasi laguna kota yang bersejarah.
Melansir Associated Press, saat kapal pesiar MSC Orchestra berbobot 92.000 ton itu melintasi Kanal Giudecca di jantung Venesia, sejumlah kapal tunda mengiringi dengan semburan air, merayakan berdenyutnya kembali perekonomian pariwisata Venesia. Spanduk bertuliskan “Selamat Datang Kembali Kapal Pesiar” terpampang.
Sekitar dua lusin kapal yang dipenuhi para pekerja pelabuhan juga mengiringi MSC Orchestra, merayakan kembali aktifnya para pekerja pelabuhan.
Baca Juga: Kapal Pesiar Viking Grace Kandas, Diduga Karena Dihempas Angin Badai
Menurut Komite Pekerja Venesia, lebih dari 1.700 pekerja dipekerjakan menangani kapal pesiar, mulai dari kapten kapal tunda hingga porter pengangkut barang, sementara sekitar 4.000 pekerja lainnya bergantung pada lalu lintas pelayaran kapal pesiar.
Namun, sambutan meriah itu juga dibarengi dengan aksi unjuk rasa ratusan warga Venesia yang berkumpul di tepi kanal. Sebagian warga juga menaiki kapal-kapal kecil untuk memprotes melintasnya kapal-kapal pesiar raksasa di laguna. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan “Tidak untuk Kapal Besar”.
Baca Juga: Gunung La Soufriere Kembali Meletus, Warga Asing Dievakuasi Dengan Kapal Pesiar
Selama bertahun-tahun, warga Venesia mendesak pemerintah untuk melarang kapal pesiar besar dan kapal-kapal raksasa lainnya untuk melintasi laguna dan bersandar tak jauh dari Lapangan St Mark yang terkenal.
Warga mengkhawatirkan faktor keselamatan dan lingkungan, termasuk polusi dan erosi bawah air di kota yang sudah terancam bahaya dari naiknya permukaan air laut itu.
“Kami menentang model pariwisata yang menghancurkan kota, mengusir warga, menghancurkan planet, kota, dan mencemari,” ujar salah seorang warga yang berunjuk rasa.
Kapal pesiar MSC Orchestra memiliki 16 dek dan mampu mengangkut lebih dari 3.000 penumpang dan 1.000 awak kapal. Namun, dalam perjalanan menuju Kroasia dan Yunani kali ini, kapal pesiar itu hanya mengangkut setengah dari kapasitas lantaran pembatasan sosial pandemi Covid-19.
Selama lebih dari 2 dekade belakangan, Venesia telah menjadi salah satu tujuan penting kapal pesiar dunia. Menurut data Asosiasi Kapal Pesiar Internasional (CLIA), sepanjang tahun 2019, Venesia disinggahi 667 kapal pesiar yang memberangkatkan hampir 700.000 penumpang dan mengangkut total 1,6 juta orang.
Kontroversi Kapal Pesiar
Pertikaian panjang menyoal kapal pesiar di Venesia memanas setelah kapal pesiar Costa Concordia tenggelam di Tuscany pada tahun 2012, menewaskan 32 penumpang dan awak kapalnya.
Kontroversi itu kian meruncing setelah kapal pesiar MSC Opera menabrak sebuah dermaga dan sebuah kapal turis hingga melukai lima orang, saat bermanuver melintasi Kanal Giudecca dua tahun lalu. Selama bertahun-tahun, belum ada penyelesaian nyata.
Baca Juga: Dievakuasi, 99 ABK MV Costa Mediterania Masuk Karantina
Asosiasi Lingkungan Venesia (VEA), salah satu kelompok yang menentang kapal pesiar, menuntut para pejabat kebudayaan Italia dan pelabuhan Venesia segera melarang kapal-kapal melintasi laguna. VEA bahkan mengancam akan melakukan gugatan hukum jika tak ada aksi tindak lanjut dalam jangka waktu 15 hari.
“Kapal yang melintas ini sungguh merupakan provokasi besar,” ujar Andreina Zitelli, seorang ahli lingkungan dan anggota VEA. “Membandingkan pertahanan kota dengan pertahanan pekerjaan demi kepentingan perusahaan-perusahaan kapal pesiar besar sungguh tak bisa diterima.”
Sementara, asosiasi perdagangan industri kapal pesiar menyatakan, mereka mendukung pemindahan kapal-kapal pesiar yang lebih besar ke area lain untuk menghindari melintasi Kanal Giudecca. Namun, mereka bersikukuh bahwa kapal pesiar masih membutuhkan akses ke laguna Venesia.
“Kami tak ingin jadi penjahat korporasi,” kata Francesco Galietti dari Pelayaran Kapal Pesiar Internasional Italia. “Kami merasa tidak seharusnya kami diperlakukan seperti ini. Kami bersikap baik pada komunitas di Venesia.”
Kata Galietti, meski kapal-kapal pesiar menyumbang hanya sekitar 5% bagi pariwisata Venesia, namun banyak penumpang kapal pesiar yang singgah dan tinggal di kota air itu sebelum atau sesudah plesir kapal pesiar mereka. Ini, tekan Galietti, menyumbang rata-rata sekitar USD200 (atau sekitar Rp2,8 juta) per hari bagi perekonomian Venesia yang bergantung pada pariwisata.
Sebelum pandemi, Venesia berjuang dengan banjirnya arus wisawatan, sekitar 25 juta pengunjung setiap tahunnya. Saat itu, Venesia hendak memberlakukan pajak bagi perjalanan harian turis. Namun, pandemi keburu menghantam, dan mendadak, arus wisatawan langsung terhenti total.
Baca Juga: Ratusan Penumpang Kapal Pesiar "Costa Atlantica" Positif Corona
Pada April, pemerintah Italia melarang kapal-kapal pesiar dan kapal kontainer memasuki wilayah pusat sejarah Venesia, dan mengharuskan mereka bersandar di dermaga lain. Namun, larangan ini belum bisa diberlakukan hingga pelabuhan di luar laguna selesai dibangun, dan tender untuk pembangunan pelabuhan itu belum diluncurkan.
Mulai tahun depan, sebagian lalu lintas kapal kemungkinan akan dialihkan ke pelabuhan terdekat di Marghera. Namun, para pencinta lingkungan menyatakan, industri kapal pesiar harus berubah.
“Venesia berada di garis permukaan air. Bahkan ada hari-hari di mana Venesia berada di bawah garis permukaan air,” kata Jane da Mosto, direktur eksekutif We Are Here Venice yang juga mewakili Jaringan Aktivis Kapal Pesiar Global.
“Kami butuh kapal-kapal yang menggunakan energi terbarukan. Kami butuh kapal-kapal yang tidak membawa ribuan orang sekaligus ke gang-gang sempit kami. Kami butuh wisatawan yang tertarik belajar tentang Venesia.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.