TEL AVIV, KOMPAS.TV - Pengamat Palestina, Diana Buttu merasa keputusan Partai Raam (Partai Arab Bersatu) berkoalisi dengan oposisi Israel sebagai sesuatu yang naif.
Partai Raam berkoalisi dengan pemimpin oposisi, Neftali Bennet dan Yair Lapiduntuk membentuk Pemerintahan Israel Bersatu.
Mereka bertekad menggulingkan kepemimpinan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang sudah memimpin selama 12 tahun.
Pemimpin Partai Raam, Mansour Abbas menegaskan keputusannya bergabung dengan koalisi adalah demi kebaikan warga Palestina.
Baca Juga: Kawal Pemukim Ilegal Yahudi, Tentara Israel Tutup Paksa Lokasi Penggalian Arkeologi Palestina
Abbas menggaransikan pemerintahan baru akan menghentikan penghancuran rumah-rumah warga Palestina yang dibangun tanpa izin Israel.
“Kami memutuskan bergabung dengan pemerintahan untuk mengubah keseimbangan kekuatan politik di negara ini,” kata Abbas setelah penandatanganan perjanjian koalisi.
Namun, Buttu mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa Abbas telah membuat kesalahan besar dengan berpikir dirinya bisa menjadi pembuat raja di Israel.
“Ia membantu koalisi dengan menyatukannya, tetapi sebagai orang Palestina bukanlah peran kita untuk menjadi pembuat raja,” tutur perempuan yang juga seorang pengacara yang berdomisili di Kanada itu.
Baca Juga: Netanyahu Terancam Akibat Koalisi Oposisi dan Partai Arab, Palestina: Kondisinya Tak Akan Berbeda
“Kita merupakan oposisi dalam sistem ini. Peranan kami adalah menjaga komunitas sendiri,” tambahnya.
Buttu pun menegaskan Abbas dan partainya tidak akan mendapat apa-apa sebagai bagian kecil dari koalisi yang sangat besar.
“Pemikiran bagaimana Abbas dapat mengumpulkan dukungan yang cukup untuk memperkenalkan undang-undang untuk melawan peraturan rasis yang dihadapi warga Palestina adalah lelucon,” ucapnya.
“Ini menggelikan, sangat naif dan menunjukkan kesalahpahaman mendasar tentang politik dan Zionisme Israel,” lanjut Buttu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.