YANGON, KOMPAS.TV - Sedikitnya delapan orang tewas di Myanmar setelah pasukan keamanan menembaki beberapa orang dalam protes terbesar terhadap pemerintahan militer dalam beberapa hari terakhir.
Ribuan orang di kota-kota besar di seluruh Myanmar bergabung dalam protes pada Minggu (3/5/2021). Mereka menyerukan “Revolusi Musim Semi di Myanmar”.
Unjuk rasa untuk mendukung protes antikudeta juga terjadi di luar Myanmar, saat Paus Fransiskus menyerukan perdamaian.
Baca Juga: Unjuk Rasa Kembali Meletus di Myanmar, Gemakan Revolusi Musim Semi, Melawan Junta Militer
Seperti dikutip dari Al Jazeera, dua orang ditembak dan tewas di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu. Selain itu tiga orang tewas di pusat kota Wetlet dan dua orang tewas di berbagai kota di Negara Bagian Shan. Satu orang juga dilaporkan tewas di kota Hpakant.
Militer merebut kekuasaan dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi dan Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa dalam kudeta 1 Februari. Peristiwa ini memicu gerakan pembangkangan sipil dari pemogokan dan protes massa.
Baca Juga: Junta Militer Myanmar Serang Dua Suku Minoritas Kachin dan Karen Lewat Udara
Konflik berkepanjangan dengan kelompok etnis bersenjata di daerah perbatasan di utara dan timur juga meningkat, membuat puluhan ribu warga sipil mengungsi, menurut perkiraan PBB.
Militer menanggapi protes dengan penangkapan dan kekuatan mematikan dan mengabaikan seruan dari negara-negara tetangga dan PBB untuk mengakhiri kekerasan.
Di Yangon, orang-orang muda berkumpul di sudut jalan, sebelum akhirnya bubar untuk menghindari bentrokan dengan pihak berwenang.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.