“Presiden Biden berbicara dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyampaikan ketertarikannya pada hubungan bilateral yang konstruktif dengan area kerja sama yang diperluas dan manajemen perselisihan yang efektif,” bunyi pernyataan Gedung Putih.
Kementerian Luar Negeri AS juga tak mau berkomentar lebih banyak mengenai pembicaraan Biden dan Erdogan.
“Terkait genosida Armenia, Anda bisa mengharapkannya pada pengumuman besok,” ujar Wakil Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Jalina Porter.
Baca Juga: Min Aung Hlaing, Pemimpin Junta Militer Myanmar, Tiba di Jakarta
Biden akan menjadi Presiden AS pertama yang mengakui secara resmi pembunuhan 1,5 juta rakyat Armenia oleh Kesultanan Ottoman pada 1915 hingga 1917 itu sebagai genosida.
Turki sebenarnya mengaku mengenai kematian rakyat Armenia oleh Kesultanan Ottoman pada Perang Dunia I.
Namun, mereka dengan tegas membantah bahwa pembunuhan itu dilakukan secara sistematis dan secara konstitusi merupakan genosida.
Baca Juga: Selandia Baru akan Luncurkan Satelit untuk Mengamati Metana Akibat Kentut Sapi
Sebelumnya, Perdana Menteri Turki, Mevlut Cavusoglu menegaskan jika Biden mengakui insiden itu sebagai genosida maka akan melukai hubungan aliansi NATO.
Sementara itu, Juru Bicara Kepresidenan Turki, Fahrettin Altun mengatakan sebutan genosida adalah fitnah yang tak ada hubungan dengan fakta dan hanya didorong oleh perhitungan politik.
Ia juga menambahkan hal itu adalah tuduhan yang emosional, irasional dan tidak sah.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.