DUBAI, KOMPAS.TV – Peristiwa padamnya listrik di fasilitas nuklir bawah tanah Natanz milik Iran pada Minggu (11/4/2021) disebut Iran sebagai aksi terorisme nuklir. Hal ini segera meningkatkan ketegangan di kawasan itu, seiring Iran dan sejumlah poros kekuatan dunia tengah duduk bersama untuk menegosiasikan kesepakatan nuklir.
Fasilitas nuklir Natanz mengalami listrik padam pada Minggu pagi (11/4/2021), beberapa jam setelah fasilitas itu menyalakan mesin sentrifugal canggih terbaru yang mampu melakukan pengayaan uranium dengan lebih cepat.
Meskipun belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab, kecurigaan langsung mengarah pada Israel. Pasalnya, media-media Israel nyaris seragam memberitakan tentang serangan siber yang dirancang oleh Israel telah menyebabkan padamnya listrik di fasilitas nuklir Natanz.
Baca Juga: Iran Janjikan Pembalasan Terhadap Serangan Kapal Militernya, AS dan Israel Diduga Pelaku
Jika Israel bertanggung jawab, hal itu akan memperparah ketegangan antara dua negara, yang sebelumnya sudah terlibat konflik bayangan di Timur Tengah.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang pada hari Minggu (11/4/2021) bersua dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin, telah berikrar untuk melakukan segala daya upaya dalam batas kekuasaannya untuk menghentikan kesepakatan nuklir.
Rincian tentang apa yang terjadi pada Minggu pagi di fasilitas tersebut masih terbatas. Semula, insiden itu digambarkan sebagai padamnya jaringan listrik di bengkel di atas permukaan tanah dan sejumlah aula pengayaan uranium bawah tanah.
Dilansir dari Associated Press, Senin (12/4/2021), Ali Akbar Salehi, kepala Badan Energi Atom Iran, mengeluarkan komentar keras terkait insiden itu.
“Sementara mengecam langkah putus asa ini, Republik Islam Iran menekankan perlunya konfrontasi oleh badan-badan internasional dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terhadap aksi terorisme nuklir ini,” kata Salehi yang merupakan lulusan AS dan dan sempat menjadi menteri luar negeri Iran.
Baca Juga: Kapal Kargo yang Dicurigai Sebagai Kapal Induk Iran di Laut Merah di Lepas Pantai Yaman, Diserang
Salehi juga berjanji akan meningkatkan teknologi nuklirnya dan bekerja keras agar sanksi internasional terhadap Iran dicabut.
IAEA, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memantau program atom Teheran, sebelumnya menyatakan mengetahui laporan media tentang insiden yang terjadi di fasilitas Natanz dan telah berbicara dengan sejumlah pejabat Iran terkait hal itu.
Berkaca dari Masa Lalu
Bagaimanapun, di masa lalu, fasilitas nuklir Natanz telah menjadi target sabotase. Virus komputer Stuxnet, yang ditemukan pada 2010 dan diyakini merupakan kreasi gabungan AS dan Israel, sempat menggangu dan menghancurkan mesin sentrifugal Iran di Natanz di tengah masa awal ketakutan Barat terhadap program nuklir Teheran.
Pada Juli, Natanz mengalami ledakan misterius di pabrik perakitan sentrifugal canggihnya. Insiden ini digambarkan pihak berwenang Iran sebagai aksi sabotase. Iran kini tengah membangun kembali fasilitas itu di dalam sebuah gunung terdekat.
Iran juga menyalahkan Israel atas pembunuhan seorang ilmuwan yang memulai program nuklir militer Iran dua dekade silam, pada November lalu.
Baca Juga: Tolak Pertemuan dengan AS di Wina Terkait Kesepakatan Nuklir, Iran: Hal Itu Tidak Perlu
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.