MINNEAPOLIS, KOMPAS.TV - Penyidik pembunuhan, Letnan Richard Zimmerman mengungkapkan, petugas kepolisian Derek Chauvin menggunakan kekerasan yang tak perlu saat menahan George Floyd.
Hal itu diungkapkan Zimmerman saat bersaksi pada sidang pembunuhan George Floyd yang dilakukan oleh Derek Chauvin, Jumat (2/4/2021).
Chauvin diadili setelah dirinya terekam menekan leher Floyd dengan lututnya dan menyebabkan ia tak mampu bernapas, kemudian dinyatakan tewas di Minneapolis, Amerika Serikat (AS), Mei lalu.
Baca Juga: Mobil Ditabrakkan ke Kerumunan Polisi di Gedung Capitol, Seorang Petugas dan Pelaku Tewas
Meski begitu, Chauvin membantah dakwaan pembunuhan dan penghilangan nyawa orang yang diberikan kepadanya.
Pada kesaksiannya, Zimmerman mengatakan ia tiba di lokasi kejadian setelah kematian Floyd untuk mengamankan bukti dan juga mencari saksi.
Zimmerman pun menegaskan bahwa polisi bertanggung jawab atas keselamatan dari setiap orang yang mereka tahan.
Baca Juga: Petugas Pemadam Kebakaran Mengaku Dihalangi Polisi saat Ingin Memeriksa George Floyd
“Hal itu (apa yang dilakukan Chauvin) sebenarnya tak perlu. Jika lutut Anda menekan leher seseorang, jelas Anda akan membunuh mereka,” ujarnya dikutip BBC.
Zimmerman pun melihat tak ada alasan bagi Chauvin untuk tetap menginjakkan lututnya di leher Floyd selama lebih dari sembilan menit.
“Yang pertama, menjatuhkannya di lantai dengan kepala menghadap ke bawah, dan menempatkan lutut di leher untuk jumlah waktu tersebut sangat tak disarankan,” katanya.
“Saya tak melihat alasan lain kenapa petugas merasa ia dalam bahaya, jika itu yang mereka rasakan. Saya pun tak melihat adanya keharusan mereka melakukan kekerasan seperti itu,” tambah Zimmerman.
Baca Juga: Paramedis Menyuruh Polisi Menyingkir saat Akan Menolong George Floyd: Saya Ingin Ia Selamat
Polisi sempat menahan Floyd karena dituduh telah membayar rokok yang dibelinya dengan uang palsu.
Saat diperiksa, polisi pun langsung melakukan tindakan ekstrem yang membuat Floyd akhirnya meregang nyawa.
Hal itu yang akhirnya menimbulkan gelombang protes besar baik di AS maupun di belahan dunia lainnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.