WASHINGTON, KOMPAS.TV - Kepala Dana Moneter Internasional IMF yang beranggotakan 190 negara mengatakan prospek pertumbuhan global cukup cerah sejak bulan Januari, dibantu oleh paket penyelamatan ekonomi Amerika Serikat senilai 1,9 triliun dollar. Namun dia memperingatkan kemajuan yang tidak merata dalam memerangi pandemi dapat membahayakan keuntungan ekonomi, seperti dilansir Associated Press, Selasa, (30/03/2021)
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan, kemajuan itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi global yang lebih cepat dari kenaikan 5,5% seperti proyeksi awal tahun kemarin.
Dalam sambutannya yang dipandu oleh Council on Foreign Relations, Georgieva mengatakan, alasan utama untuk peningkatan prakiraan tersebut adalah paket dukungan 1,9 triliun dollar AS yang ditandatangani Presiden Joe Biden menjadi UU pada 11 Maret lalu diperkuat dengan peningkatan kepercayaan publik dari upaya vaksinasi di banyak negara maju.
Georgieva mengatakan pemerintah di seluruh dunia telah mengambil tindakan luar biasa selama setahun terakhir termasuk memberikan dukungan gabungan senilai 16 triliun dollar dan suntikan likuiditas besar-besaran ke sektor keuangan oleh bank sentral dunia.
Tanpa tanggapan yang cepat ini, Georgieva mengatakan penurunan tahun lalu akan menjadi tiga kali lebih buruk.
Baca Juga: Dunia Dihantam Pandemi, IMF Prediksi Ekonomi China Tumbuh 8,1%
Namun dia mengatakan, pemulihan ekonomi global sekarang ini dimotori oleh dua mesin ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China, yang masing-masing bergerak dengan kecepatan berbeda. Hal itu memunculkan prospek ekonomi yang "menyimpang secara berbahaya" sementara negara-negara lain tertinggal dalam pemulihan ekonomi mereka.
Georgieva mengatakan dunia menghadapi "ketidakpastian yang sangat tinggi" karena varian baru virus Covid-19 menghambat prospek pertumbuhan, terutama di Eropa dan Amerika Latin.
Ekonom swasta memperkirakan ekonomi AS dapat tumbuh 6% hingga 7% tahun ini, akan menjadi kinerja terbaik sejak 1984.
Namun Georgieva mengatakan pertumbuhan yang kuat di Amerika Serikat dapat memicu kenaikan bunga yang cepat sehingga dapat memicu arus keluar modal yang signifikan dari pasar dan ekonomi negara-negara berkembang.
Baca Juga: IMF Buka Keran Utang USD 25 Miliar, Indonesia Belum Berminat
Georgieva mengatakan pasar negara-negara berkembang dan negara-negara berpenghasilan rendah memiliki kapasitas terbatas untuk melawan krisis dan sangat terpengaruh hilangnya pendapatan dari penurunan sektor pariwisata dan sektor lain yang terdampak pandemi.
Dia mengatakan, mencari cara terbaik untuk mengatasi pandemi akan menjadi agenda utama ketika IMF dan organisasi kembarannya mengadakan pertemuan musim semi virtual mereka minggu depan.
Diskusi tersebut juga akan mencakup pertemuan para menteri keuangan dari Kelompok 20 negara industri besar.
Dia mengatakan IMF memperkirakan kemajuan yang lebih cepat dalam mengakhiri krisis kesehatan dapat menambah hampir 9 triliun dolar AS ke PDB global pada tahun 2025.
“Mengingat pemulihan ekonomi yang cenderung divergen, sangat bijaksana untuk tetap memperhatikan risiko keuangan, termasuk penilaian aset yang terlalu jauh,” katanya. "Dan bank sentral negara-negara harus berhati-hati mengkomunikasikan rencana kebijakan mereka untuk mencegah volatilitas keuangan yang berlebihan di dalam dan luar negeri."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.