YANGON, KOMPAS.TV - Aparat keamanan Myanmar membunuh setidaknya 114 orang, termasuk beberapa anak-anak, dalam penumpasan brutal terhadap pengunjuk rasa pro-demokrasi pada hari Sabtu, (27/03/2021), hari paling berdarah sejak kudeta militer bulan lalu, laporan berita dan saksi mata seperti dilansir Associated Press, Minggu, (28/03/2021)
Pembunuhan yang terjadi pada Hari Angkatan Bersenjata, menuai kecaman keras dari negara-negara Barat. Duta Besar Inggris Dan Chugg mengatakan pasukan keamanan telah "mempermalukan diri mereka sendiri" dan utusan AS menyebut kekerasan itu mengerikan.
Jet militer juga melancarkan serangan udara di sebuah desa di wilayah yang dikuasai oleh kelompok bersenjata dari etnis minoritas Karen dan membunuh sedikitnya dua orang, kata satu kelompok masyarakat sipil.
Sebelumnya, Serikat Nasional Karen mengatakan telah menyerbu sebuah pos militer dekat perbatasan Thailand, menewaskan 10 orang - termasuk seorang letnan kolonel - dan kehilangan salah satu anggotanya sendiri karena ketegangan dengan militer yang meningkat setelah bertahun-tahun relatif damai.
Baca Juga: Militer Myanmar Unjuk Kekuatan Lewat Parade di Tengah Protes Kudeta
Jenderal Senior Min Aung Hlaing, pemimpin junta, mengatakan dalam parade Hari Angkatan Bersenjata, militer akan melindungi rakyat dan memperjuangkan demokrasi.
Pengunjuk rasa turun ke jalan pada hari Sabtu, (27/03/2021) di Yangon, Mandalay dan kota-kota lain, seperti yang selama ini mereka lakukan hampir setiap hari sejak kudeta 1 Februari yang menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Portal berita Myanmar Now mengatakan 114 orang tewas di seluruh negeri dalam tindakan keras terhadap protes tersebut. Sedikitnya 40 orang, termasuk seorang gadis berusia 13 tahun, tewas di Mandalay, dan sedikitnya 27 orang tewas di Yangon, kata laporan Myanmar Now.
Seorang anak laki-laki berusia lima tahun sebelumnya dilaporkan di antara korban tewas di Mandalay, tetapi kemudian ada laporan yang bertentangan, anak itu kemungkinan selamat.
Seorang anak berusia 13 tahun lainnya termasuk di antara yang tewas di wilayah Sagaing tengah.
Baca Juga: Video Amatir Perlihatkan Insiden Dugaan Penembakan Pengemudi Motor di Myanmar
"Hari ini adalah hari yang memalukan bagi angkatan bersenjata," kata Dr. Sasa, juru bicara CRPH, kelompok anti-junta yang dibentuk oleh anggota parlemen yang digulingkan, kepada sebuah forum online.
Seorang juru bicara militer tidak menanggapi panggilan untuk mengomentari pembunuhan oleh pasukan keamanan, serangan udara atau serangan pemberontak di posnya.
"Mereka membunuh kami seperti burung atau ayam, bahkan di rumah kami," kata Thu Ya Zaw di pusat kota Myingyan, di mana sedikitnya dua pengunjuk rasa tewas. "Kami akan terus memprotes ... Kami harus berjuang sampai junta jatuh."
Kematian pada hari Sabtu akan membuat jumlah warga sipil yang dilaporkan tewas sejak kudeta menjadi lebih dari 440.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.