MOSKOW, KOMPAS.TV - Kementerian Luar Negeri Rusia meminta Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) mengurus permasalahan mendesak yang sedang dihadapi negara-negara anggotanya sendiri ketimbang mengurusi urusan Rusia, pada Rabu (24/03/2021), usai blok itu menuding Moskow melakukan "tindakan agresif" seperti dilansir Xinhua, Rabu, (24/03/2021)
"Semua permasalahan itu harus segera ditangani, ada vaksinasi, krisis, isu-isu HAM di negara-negara anggota NATO. Setelah Anda berhasil menyelesaikan isu-isu itu, kami akan mempertimbangkan pengalaman Anda," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova kepada wartawan.
Para menteri luar negeri dari negara-negara anggota NATO pada Selasa (23/03/2021) merilis pernyataan menyusul pertemuan mereka di Brussel, yang menyatakan bahwa "tindakan agresif Rusia menimbulkan ancaman bagi keamanan Eropa-Atlantik."
Baca Juga: Parlemen Rusia Loloskan RUU yang Mungkinkan Putin Kembali jadi Presiden hingga 2036
Sebelum pertemuan itu digelar, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menuturkan bahwa, "Kami (NATO) melihat pola perilaku yang lebih asertif dari Rusia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk tindakan agresif terhadap sejumlah negara."
Kemarin, Rabu (24/3/2021), Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg angkat bicara menentang apa yang disebutnya "pola perilaku represif di dalam negeri dan perilaku agresif di luar negeri".
Jens Stoltenberg berkomentar pada konferensi pers pada hari terakhir pertemuan urusan luar negeri NATO. Dia mengatakan negara-negara mitra telah setuju untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap tindakan Rusia.
Baca Juga: China dan Rusia Kian Mesra, NATO Ungkap Kekhawatiran
Dia menuduh Rusia melakukan "disinformasi dan propaganda, dalam upaya untuk memengaruhi pemilu, serangan dunia maya, dan penggunaan senjata kimia terhadap lawan politik baik di dalam maupun di wilayah kami".
Sebagai tanggapan, dia mengatakan mitra NATO, termasuk Uni Eropa meningkatkan kemampuan untuk melawan tindakan Rusia, dalam apa yang dia katakan sebagai "penguatan terbesar dari pertahanan kolektif selama satu generasi terakhir".
"Meski kami ditekan bertahun-tahun dan berbagai upaya kami untuk terlibat dalam dialog yang bermakna, Rusia telah meningkatkan pola perilaku represif di dalam negeri dan perilaku agresif di luar negeri," katanya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.