LONDON, KOMPAS.TV - Salah satu kota pertama di dunia berada saat peradaban Mesopotamia dan hancur pada 4.000 tahun lalu.
Berdasarkan penelitian, kehancuran kota tersebut dikarenakan populasi berlebihan dan perubahan iklim yang drastis.
Penduduk pemukiman yang berkembang pesat di Timur Tengah tak dapat bercocok tanam karena curah hujan yang turun drastis hingga 50 persen.
Baca Juga: Mengaku Hilang Kesabaran, Pria Ini Pukuli Anak Pacarnya Pakai Palu hingga Tewas
Kota itu, yang kini terkubur di antara Turki, Suriah, Irak dan Lebonon di wilayah kuno Mesopotamia, juga dihantam suhu yang menurun dengan pesat.
Kondisi tersebut membuat masyarakat wilayah tersebut harus meninggalkan rumah mereka atau kelaparan hingga meninggal.
Kepastian tersebut beradasarkan laporan yang ditulis oleh peneliti pada jurnal PLOS One.
Baca Juga: Israel Minta Palestina Batalkan Pemilu jika Hamas Terlibat, Mahmoud Abbas Langsung Menolak
Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya perubahan iklim parah yang sepenuhnya menjadi penyebab kehancuran mereka sekitar 2100 SM.
Namun, Pemimpin studi terbaru, Dan Lawrence yang juga profesor di Universitas Durham memiliki pendapat berbeda.
Baca Juga: Finlandia Tetap Jadi Negara Paling Bahagia Meski di Tengah Pandemi
“Kota tersebut sebenarnya sudah tak berada dalam kondisi yang baik dengan sendirinya,” ujar Lawrence dikutip The Sun.
“Iklim mungkin telah mendorong mereka ke atas tebing, tetapi sebelumnya mereka juga sudah tertatih-tatih,” tambahnya.
Lawrence mengacu pada jumlah penduduk Mesopotamia yang besar pada masanya.
Baca Juga: Perkenalkan Kimberly Strable, Peraih Gelar Doktor Termuda Usia 17 Tahun
Sekitar 2600 SM, kehidupan di Mesopotamia cukup nyaman. Wilayah ini berkembang pesat karena ledakan ekonomi.
Berdasarkan data yang dimilikinya. Lawrence mengungkapkan saat itu ada 1.500 pemukiman, termasuk 200 kota, yang berdiri antara 4000 hingga 1000 SM.
Ini menjadi salah satu analisis tren populasi terluas di masa itu. Peneliti berasumsi bahwa periode waktu dengan lebih banyak pemukiman, lebih banyak penduduknya.
Baca Juga: Perkenalkan Kimberly Strable, Peraih Gelar Doktor Termuda Usia 17 Tahun
Dengan menggunakan proksi populasi ini, ditemukan peningkatan populasi yang tajam dari sekitar 2600 SM sebelum keadaan berubah menjadi lebih buruk.
“Berdasarkan data kami melihat bahwa ini akan hancur. Apa yang kami perkirakan hancur akhirnya terjadi. Populasi, jumlah kota dan tanggal radiokarbon dari benda-benda,” katanya.
“Yang menarik adalah dengan melihat rentang waktu yang sedikit lama kita bisa melihat ini adalah kegagalan besar. Populasi dan jumlah kota naik sebelum turun. Sepertinya apa yang terjadi sebelum masalah iklim menerjang, memang sudah melemahkan mereka,” lanjut Lawrence.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.